Postingan

Menampilkan postingan dari 2008

Antara Niat dan Bid'ah

Sungguh susah hidup di akhir zaman. Zaman ketika segala sesuatunya seakan-akan menjadi serba bias. Bagi mereka yang masih awam, sungguh sulit membedakan antara perintah dan larangan. Mana yang harus dilaksanakan dan mana yang seharusnya ditinggalkan. Perbedaannya menjadi semakin tipis meski, pada hakikatnya semua itu mempunyai garis batas yang jelas. Dari Abu Abdillah bin Nu’am Bin Basyir ra. Berkata, aku mendengar Rasululloh SAW. Bersabda : “ Sesungguhnya yang halal telah jelas dan yang haram telah jelas. Sedangkan diantaranya ada masalah yang samar-samar (syubhat) yang kebanyakan manusia tidak mengetahui hukumnya. Barang siapa menghindari yang samar-samar, maka ia telah membersihkan agama dan kehormatannya. Barang siapa terjatuh dalam perkara yang samar-samar, maka ia telah jatuh pada perkara yang haram. Seperti penggembala yang berada di dekat pagar milik orang lain, dikhawatirkan ia akan masuk kedalamnya….” (HR. Bukhari dan Muslim) Dari petikan hadits yang termaktub dalam kit

Pindah Kos

2 tahun 4 bulan, selama itulah saya menghabiskan waktu di Pringwulung. Sebuah dusun kecil yang masih termasuk dalam teritori Desa Condong Catur. Rentan waktu yang tidak bisa dikatakan singkat, mengingat kini saya telah memasuki tahun ketiga di UGM. bila saya mempunyai target lulus kurang lebih 4 tahun. Paling tidak kini saya telah menapaki setengah jalan dari target saya tersebut. Sudah barang tentu, dalam rangkaian kehidupan anak manusia. Telah terekam berbagai catatan menakjubkan. Saya bilang menakjubkan, karena memang demikian adanya. Pun demikian dengan pengalaman saya selama di Pringwulung. Kamar kos itu, telah menjadi saksi segala kegembiraan, keresahan, kecemasan, ketakutan. Ah, Intinya, berbagai perasaan hati bercampur baur disana… Kini saatnya untuk menutup buku dan mulai merangkum segala cerita. Yap, mulai pertengahan bulan Desember ini, saya memutuskan untuk berpindah kos. Dari pringwulung menuju Pogung . Itulah tema perpindahan kos saya kali ini. Kondisi yang sebenarnya

Wonderkid FM 2009

Sudah sekian lama saya meninggalkan dunia blogging . Akhirnya ditengah kesibukan dan kepenatan aktifitas perkuliahan, datang juga kesempatan untuk sekadar mengupdate Blog ini. Kali ini saya tidak mau sekadar mengupdate tulisan semata. Lebih dari itu, saya ingin memanjakan mereka yang senantiasa menanti tulisan saya. Hehe… Dan…………………………….. Yap, inilah daftar Wonderkid FM 2009! Daftar youngster kali ini merupakan hasil jerih payah pribadi saya selama mencoba game keluaran SEGA ini. Selain mencoba secara langsung pemain-pemain tersebut, saya juga menambah hasil riset pribadi dengan cara mengobok-obok database FM 2009. Ah, rasanya tidak seru jika anda hanya melihat atau sekadar membaca daftar pemain di bawah ini. Segera coba dan rasakan sendiri kedahsyatannya! Lets enjoy the game guys! European League Liga Inggris Arsenal Carlos vela, Aaron Ramsey, Havard Nordveit, Samir Nasri, Theo Walcott, Barazite, Fran Merida, Jack Wilshire, Armand Traore Aston Villa Nathan Delfo

Kode Etik dan Kebebasan Pers

Tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang tidak berkomunikasi. One can’t not communicate , begitulah postulat dari palo alto school. Apa pun motifnya, manusia pada dasarnya mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Di setiap sudut tempat, manusia melakukan aktifitas komunikasi dengan orang lain. Di rumah, warung, kampus dan berbagai tempat lainnya terjadi “transaksi” pesan bernama komunikasi. Penulis pun semakin berpikir, apakah benar manusia membutuhkan informasi layaknya kebutuhan pokok yang lain? Di era ketika teknologi komunikasi berkembang semakin pesat, seakan-akan manusia dibentuk untuk selalu haus akan informasi. Tidak lain karena perubahan terjadi begitu cepatnya, disisi lain garis batas geografis tidak lagi menjadi handicap untuk mendapatkan informasi dari belahan bumi lain. Kembali pada pertanyaan yang penulis lontarkan diatas, untuk memaknai candu bernama informasi. Ada baiknya bila kita pahami terlebih dahulu hakikat dari informasi itu sendiri. Inf

Jangan Salahkan Waktu

Sering dulu saya mengeluh tentang waktu. Waktu terbatas lah, hingga akhirnya gak bisa ini itu lah. Lebih parah sampai ada agenda yang tidak tertunaikan sebagaimana mestinya. Hidup seakan berada dalam tekanan. Mirip momok seorang kuli tinta, deadline..deadline, dan deadline.. Tidak mudah memang bila dihadapkan pada kondisi yang demikian. Hingga akhirnya saya mulai berpikir keras. Begitu sulit kah untuk mengatur waktu? apakah benar saya “berhak"(bisa) mengatur waktu? atau jangan-jangan seharusnya kita lah yang menyesuaikan diri dengan waktu yang senantiasa berputar tersebut. Alangkah beruntung bagi mereka yang bisa mengendalikan dirinya sendiri. Saya katakan mengendalikan bukan mengatur, karena akhirnya saya menemukan sedikit jawaban dari kerisauan pelbagai tersebut. Alangkah bodohnya bila saya menjadi manusia yang merasa bisa mengatur waktu. Tentunya pernyataan tersebut bukannya tanpa argument yang jelas. Bukankah hakikatnya waktu tidak perlu diatur lagi? Dia sudah mempunyai k

Ngampus pake Sepeda? Kenapa tidak!

Setelah sekian lama tidak menggunakan alat transportasi ini, akhirnya keadaan pula yang memaksa romantisme ini kembali berulang. Sepeda, satu dari sekian jenis kendaraan yang tempatnya semakin terpinggirkan, menjadi penolongku disaat sepeda motor kini tak lagi jadi tunggangan. Hanya sementara memang, tetapi kondisi yang demikian mampu mengingatkan pada sebuah cerita masa lalu. Masa ketika aku menggunakan sepeda untuk menuntut ilmu di bangku SMP. Inilah hikmah dari pelbagai rentetan cobaan yang aku alami. Aku putuskan “memarkir” sepeda motor untuk sementara waktu, jadilah diri ini menjadi seorang biker dadakan. Situasi yang sebenarnya serba sulit dan tidak aku inginkan sebelumnya. Disaat kondisi luka badan belum sembuh sepenuhnya, aku dituntut tetap “nyaman” mengendarai sepeda. Yap, meskipun demikian, aku tetap harus menjalani ini apa adanya. Harus ku buang jauh-jauh rasa protes terhadap kondisi yang tidak menguntungkan ini. Ikhlas, itu kuncinya, dan aku pun kini bersiap menjalani le

Jajak Pendapat, Racun dalam Demokrasi?

Dalam diskursus demokrasi, kebebasan berpendapat diposisikan pada tempat yang mulia. Setiap individu bebas menyampaikan pendapat dan gagasannya. Tentunya kebebasan berpendapat yang dimaksud disini adalah kebebasan berpendapat yang bertanggungjawab. Asalkan masih dalam koridor diskusi rasional, setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk terlibat dalam diskusi publik. Kini, 10 tahun sudah bangsa ini menjalani era reformasi. 2 kali melaksanakan Pemilu, telah menghasilkan 4 rezim berbeda. Dalam rentan waktu satu dasawarsa ini, bangsa ini masih terus belajar memaknai esensi demokrasi yang sesungguhnya. Demokrasi seperti apakah yang diinginkan oleh bangsa berpenduduk hampir seperempat milyar jiwa ini? Apakah demokrasi yang menjurus pada efek positif, atau justru yang membawa Negara ini pada jurang yang lebih curam. Menakar apakah bangsa ini sudah melaksanakan amanat reformasi bukanlah perkara yang mudah. Meskipun demikian, bila diperbolehkan melakukan penilaian terhadap proses yan

Sepekan tanpa Laptop

Hampir sepekan sejak aku mengalami kecelakaan yang mengerikan, hampir sepekan itu pula aku tidak menyentuh laptop kesayanganku. Sejak pekan lalu, aku memutuskan untuk meninggalkan barang rapuh tersebut di kamar kos tercinta. Ku pinta teman satu kosku untuk mengurus segala kerusakan yang turut dialaminya. Tentu tidak lain akibat kecelakaan tersebut. Meski sempat diliputi perasaan was-was dan berpikiran yang bukan-bukan, akhirnya ku mendapatkan kabar yang melegakan. Tidak terjadi kerusakan serius dan semua data di dalam laptop Insya Alloh terselamatkan! Sungguh tidak terbayangkan, jika saja laptop itu mengalami kerusakan parah, apalagi jika file-file di dalamnya tidak terselamatkan. Sudah jatuh, tertimpa tangga pula… Aku dan laptopku Aku tak tahu apakah ini yang dinamakan ketergantungan yang berlebihan. Aku pun tidak paham apakah ini merupakan bagian dari gaya hidup manusia modern. Yang jelas, Laptopku bisa dibilang menyimpan separuh dari kekayaan intelektualku. Jadilah s

Masa Muda

Mumpung masih muda...hidup ya dinikmati saja.... Sobat sekalian, Ucapan seperti ini mungkin sudah sering kita dengar. Orang-orang disekeliling kita, baik teman, saudara, bahkan beberapa orang tua sering kali melontarkan kalimat shahih ini. Sebagai makhluk yang dibekali daya pikir oleh Alloh ta’ala. Aku pun berpikir, sebenarnya apa yang terkandung dalam rangkaian kalimat tersebut. Setelah melalui perjuangan yang maha berat (serius nich..), maka muncul lah dua tafsir dalam memahami kalimat tersebut. Tafsir pertama menyatakan, dalam menyikapi kelapangan masa muda, sudah selayaknya kita menikmatinya dengan menyalurkan di kegiatan yang positif. Positif yang ku maksud adalah terus berkarya. Apa yang dimaksud berkarya? Dikatakan berkarya bila sebagai seorang individu, dia mampu memaksimalkan potensi diri untuk terus produktif dalam segala hal. Baik yang berujung pada kontribusi pada diri sendiri, dan masyarakat tentunya. Sedangkan tafsir kedua menyatakan, mumpung masih muda, ya dinikm

Jum’at yang Kelam (Part.2)

Continued..... Perjalanan dikesempatan kedua Sesuai dengan yang sudah ku rencanakan sebelumnya. Selesai menunaikan shalat jum’at, aku akan memulai kembali perjalanan yang sempat tertunda. Meski kondisi badan masih merasakan pegal-pegal dan nyeri di sekujur tubuh, tidak ada alibi untuk menunda perjalanan ini. Di blora sudah menanti seabrek tugas yang harus kuselesaikan. Aku tidak mau mengingkari amanah yang sudah dibebankan teman-teman. Jadilah dengan ketetapan hati, tepat pukul 13.15 aku mulai membuka lembaran baru, memulai perjalanan panjang menuju kota kecil tercinta. Awalnya perjalanan berjalan normal, tanpa ada hambatan yang berarti. Kota demi kota kulalui dengan mantab. Meski, sebenarnya perasaan was-was sempat menghinggapi diri, jikalau hujan lebat nantinya datang menghampiri. Ku amati dari kejauhan, gumpalan awan mendung mulai menampakkan batang hidungnya. Dan ternyata dugaan ini pun benar adanya. Beberapa kilometer menjelang kedung ombo, hujan rintik mulai turun. Huj