Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2009

Cerita dari Blora

Hampir 2 bulan ini saya tidak pulang ke rumah. Masih teringat jelas dalam ingatan, terakhir kali saya pulang Blora adalah saat Pileg yang lalu. Sudah 2 bulan berlalu, rasa kangen ini pun sudah membuncah di dalam dada. Kepada orang tua, kakak, adik, teman...kepada semuanya…saya sudah sangat merindukan mereka. Baru 2 bulan memang… Namun, yang demikian sebenarnya sudah di luar kebiasaan saya. semenjak 2 semester belakangan ini. Saya merutinkan jadwal untuk pulang ke rumah setiap sebulan sekali. sudah barang tentu, waktu 2 bulan pun terasa begitu lama. Banyak alasan membuat saya tidak pulang ke rumah. Pertama , padatnya aktifitas di kampus membuat celah untuk pulang semakin menyempit. Kegiatan perkuliahan sudah cukup menguras tenaga saya. jujur, sebenarnya semangat saya untuk kuliah sudah semakin menukik. Namun, hati kecil saya masih terpanggil untuk menyelesaikan semester ini dengan hasil yang terbaik. Saya tidak cukup berani untuk membiarkan begitu saja tugas-tugas yang diberikan dos

Kesalahan-Kesalahan dikesempatan Pertama

Awal yang kurang baik, atau kalau tidak mau dikatakan buruk untuk kepengurusan Komako UGM yang saya pimpin. Saya katakan buruk, karena memang demikian keadaannya. Sedari awal, saya sudah menyadari bahwa menjadi Ketua Komako memang tidak mudah. Butuh keberanian ekstra untuk mencalonkan diri menjadi Ketua Komako. Dan benar saja. Setelah terpilih, kini saya merasakan sendiri pelbagai rintangan itu. Onak dan aral mulai membentang di depan sana. Well , saya tidak mau buru-buru menjadi seorang yang frustasi, karena yang demikian memang bukan karakter saya. saya yakin harapan itu masih ada. Yang jelas, saya hanya menjalankan peran yang dapat saya jalankan. Sesudahnya adalah bagian Yang Kuasa untuk memberlakukan segala ketetapan-Nya. Toh, bagian saya memang hanya berusaha…berusaha…dan berusaha… Dosa-dosa saya… Belum terbentuk kepengurusan yang baru. Saya sudah bikin kesalahan fatal. Kesalahan yang akhirnya hanya bisa saya sesali dalam hati dan saya bagi bersam

Namanya Juga Anak Kos...

Namanya juga anak kos. Masih belum bisa menghidupi kebutuhannya sendiri. Ini-itu masih minta orang tua. Pun dengan saya. Sampai saat ini, saya masih bergantung dengan “kiriman” dari orang tua. Bersyukurlah saya, disaat masih banyak orang di luar sana kuliah nyambi kerja. Saya masih bisa sedikit bernafas lega dengan pelbagai pemberian materi dari orang tua. Namanya juga anak kos. Setiap pengeluaran membutuhkan perhitungan matang. tak bisa asal ingin ini-itu lantas membelanjakan semua uang “kiriman”. Laiknya seorang manager . Saya dituntut untuk mampu menghitung, mana kebutuhan yang penting, agak penting, dan tidak penting. Dari skala prioritas tadi, satu tujuan pasti ingin dicapai. Menstabilkan neraca keuangan pada wilayah “hijau”. Namanya juga anak kos. Terkadang keinginan mampu mengalahkan kebutuhan. Ketika pandangan sudah terperanjat pada obyek tertentu. akal sehat ini sirna seketika dan maunya membeli barang ini-itu yang belum jelas asas kemanfaatannya. Dan kali ini saya kal