Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2012

23 di 23

Apalah arti sebuah bilangan bagi dirimu, sayang? Karena bagiku yang demikian sekadar pengulangan.. Apalah arti sebuah bilangan, sayang? Karena yang terpenting bukanlah angka, tapi sedalam apa menyelami makna Maka bersegeralah mencari jalanmu Jemputlah masa depan dalam kesempurnaan Ikatlah mimpi-mimpimu Wujudkan cita dan raihlah cintamu Dalam senandung nan tulus, kupanjatkan do’a Jagalah dia wahai Rabb semesta alam Berikan kebahagiaan, karena dengan itu dia pancarkan keceriaan Tunjuki jalannya, lindungi dari kepalsuan dunia yang membuatnya terlena Seterusnya, berbahagialah dalam damai kehidupanmu Kehidupan yang mencerahkan, melapangkan, dan tak lekas lelah berbagi… Seperti matahari yang tak kunjung bosan membagi sumber kehidupan.. Karena itulah sebaik-baik pengharapan..hanya untukmu saja.. dalam bilangan 23 di 23.. sebuah doa’a, satu untuk selamanya… (17.14, Gedung Tifa, Jakarta, semoga bukan puisi terakhir untukmu…)

Maaf

Tiap jeda tak henti aku memikirkan Semakin persinggahan terbilang semakin tak tertahankan Bukan sengaja alpa melainkan tak kuasa menegur sapa Atas satu tutur yang tak sempat terucap Diperalihan sang waktu aku termangu Maka terima bisikkan kata-kata maafku Maafkan aku… Atas perangai yang melahirkan pertikaian Maafkan aku… Atas segala pengorbanan yang tersia-siakan Maafkan aku… Atas tingkah laku yang membuatmu meragu Maafkan aku… Atas dosa-dosa yang menyulut berang dalam dada (28 Maret 2012, antara Jakarta dan Yogyakarta, sunyi sendiri dalam keriuhan kereta)  

Do’aku

Bilakah aku merangkai Kata, maka terseliplah namamu Bilakah aku meracau Cerita, maka terseliplah namamu Bilakah aku mengucap Do’a, maka terseliplah namamu Dalam keheningan aku mengelai badan Menengadahkan tangan, menghamba pada Tuhan Melangsamkan waktu berlama mendo’akan dirimu dan aku Untukmu agar dibukakan pintu cintamu Untukku agar ditegaskan padamu Untukmu agar ditunjuki jalan keridhoan Untukku agar dilimpahkan benih kebaikan Untukmu dan untukku agar kita dapat beriringan sekalipun berjebah perbedaan Aku pun berpagut dengan sepertiga malam terakhirku Ku akhirkan dengan secarik do’a terbaik : “Rabbana hablana milladunka zaujan thayyiban wayakuna shahiban lii fiddini waddunya wal akhirah” (05.20, Yogyakarta, 22 Maret 2012. Apa kabarmu, di sana? semoga baik-baik saja…)

19 Februari

Kepada Sang Penguasa dunia yang menyandingkan siang dan malam Seperti inikah kemurahan Diri-Mu atas indahnya kehidupan? Kepada Sang Penguasa cinta yang memasangkan makhluk segala zaman Seperti inikah kemegahan kasih sayang yang sedari dulu telah kau titipkan Sebenarnya sungguh berbeda, mungkin karena ini pertama… Karena dialah alasan atas semua tawa… Karena dialah adalah alasan semua kebahagiaan… Biarkan aku berdampingan dengan damainya cinta, semata-mata ingin menghiburnya Biarkan aku beriringan dengan damainya cinta, mulai dari hari ini..19 februari dan selamanya…   BS, Jakarta 20 Februari 2012