Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2008

Tak Ada Tempat Parkir Untukmu

Waktu menunjukkan pukul 9.10. tak ada lagi waktu bersantai untukku. Aku langsung bersiap berangkat kuliah. Pagi itu jam 9.30 aku ada kuliah psikologi komunikasi. Kelas yang tak pernah terlewatkan oleh kebanyakan mahasiswi komunikasi. Maklum, kata mereka sih dosen pengajarnya selain pandai menjelaskan materi, orangnya ganteng pula. Belum sempat aku menjejakkan kaki di kelas psikologi komunikasi, aku sudah direpotkan mencari tempat persinggahan sementara untuk motor kesayanganku. Aku sisir setiap jengkal lahan parkir timur Fisipol. Aku perhatikan dengan seksama apakah ada tempat kosong bagi motorku. Akhirnya, kutemukan juga tempat yang masih longgar. Tepat disebelah selatan mushola FISIPOL. Jam 9.30 memang menjadi jam kuliah paling favorit, selain tidak memaksa diri bangun pagi, udara masih terasa segar. Berbeda saat siang hari, udara terasa panas. Mata menjadi sulit dikontrol. Maunya ngantuk terus. Pengalaman seperti tadi bukanlah yang pertama bagiku dan mahasiswa Fisipol pa

Menelaah Ayat-Ayat Cinta

Sudahkan anda menonton ayat-ayat cinta the movie?! Film yang diinspirasi dari novel karangan Habiburrahman El Shirazy ini berhasil meraup lebih dari 1,5 juta penonton hanya dalam tempo kurang dari 3 pekan!. Rekor tersendiri dalam sejarah perfilman nasional. Selama ini tidak ada film nasional yang mendapatkan animo luar buasa dari masyarakat luas. Sebelumnya, Setahu saya rekor raihan jumlah penonton terbesar dipegang oleh Nagabonar jadi 2 yang meraup 2 juta penonton dalam tempo 2 bulanan. Seiring dengan popularitasnya yang semakin meroket, ayat-ayat cinta menyisakan pelbagai cerita yang hangat dibicarakan. Mulai dari isu religiusitas, alur cerita yang tidak sama dengan novel asli, dan isu perpindahan agama. Dalam tulisan singkat ini akan coba saya petakan pelbagai isu tersebut. Saya harap pembaca akan semakin dipahamkan dan tidak semakin bingung setelah membaca artikel ini. Ayat-ayat cinta, film religi atau romanic ? Isu yang berkem

Inilah Potret Anak Blora…

Kurt Lewin mengajarkan pada kita bahwa komunikasi kelompok merupakan solusi terbaik dalam menyelesaikan berbagai problem interaksi. Yap, tidak dapat dipungkiri memang dengan komunikasi yang sangat intens, secara tidak sadar kita telah membuka pikiran kita kepada orang lain. Kejadian yang lumrah terjadi pada lingkup kos-kosan. Interaksi yang sangat intens itulah yang seharusnya membuat kita dapat memahami karakter setiap teman. Tulisan ini dibuat dengan pendekatan yang sangat mustahil bisa obyektif 100%. Meskipun demikian, kadar subyektifitas tetap coba diminimalisir. Semoga apa yang kutulis dapat memberi masukan pada seluruh teman yang membacanya. Sehingga kita jadi lebih paham karakter tiap Individu. Inilah mereka semua... • Meiftach, She Reng (19th, Sosial Ekonomi, Fak. Pertanian) Anak yang satu ini merupakan tipe bohemian sejati. Mungkin dalam pikirannya keteraturan dalam hidup justru membuat hidupnya tersiksa. Dalam pengamatanku, Tidak pernah terlihat dalam dirinya sebuah planning

Déjà vu itu

Pernahkah anda mengalami déjà vu? Kejadian yang kembali terulang direntan waktu yang berbeda. Jika pertanyaan ini anda tujukan padaku di hari ini. Maka saya akan menjawab dengan tegas, Ya! Tentunya tidak akan menjadi masalah besar bila kejadian yang aku alami sangat menyenangkan. Namun, kejadian ini sungguh tidak mengenakkan baik secara fisik maupun psikologis. Yupz, insomnia itu kembali datang dan disusul kekalahan Internazionale Milan (Inter) dari Liverpool di ajang Liga Champion. Begini ceritanya. Selepas melaksanakan rutinitas Tadarus Qur’an bersama pemuda pringwulung, rasanya tidur cepat bukan perkara yang sulit. Mengingat di hari selasa aku memiliki jadwal yang sangat padat. Nantinya sudah terbayang dalam benakku akan dengan mudah melelapkan diri dalam mimpi. Namun, apa yang terjadi ?! mata ini sangat sulit diajak kompromi. Sekejap pun tidak bisa kugunakan untuk mengendurkan urat-urat syaraf. Niatan untuk tidur lebih awal karena dini hari nanti ada laga yang tidak boleh terlewa

Duit...Duit...

Menuntut ilmu bukanlah sebuah tuntutan, Tetapi pilihan hidup. Karena pilihan hidup itulah kita harus bersiap diri untuk menanggung segala konsekuensi, kesulitan-kesulitan, bahkan hambatan yang harus kita pecahkan sendiri. Kondisi inilah yang hingga kini masih menjadi masalah besar bagi kebanyakan mahasiswa yang belum mampu mengendalikan pelbagai kesulitan hidup ala mahasiswa. Tentu saja, kehidupan seorang mahasiswa sangat berbeda jauh saat kita masih menginjak bangku SMA. Saat SMA, kita masih bisa merasakan perbagai kemudahan hidup. Mau makan sudah ada yang menyiapkan, mau jajan ini-itu tidak perlu memikirkan berapa uang yang tersisa di kantong untuk bertahan hidup. Pokoknya masalah finansial nggak jadi masalah gitu...hmm, enaknya... Eit, itu dulu..sekarang dah beda. Segala sesuatunya harus dilakukan sendiri. Mau makan, bikin atawa beli sendiri. Baju kotor, nyuci sendiri. Di sinilah kemampuan mengontrol keuangan menjadi sangat penting. Tidak dapat dipungkiri bagi mahasiswa, uang mem