Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2009

Mahalnya Demokrasi Kita

Tahukah anda semua, berapa biaya yang dihabiskan KPU untuk menyelenggarakan Pemilu 2009 ini? Data terakhir yang saya ketahui, menunjukkan angka yang fenomenal. Tak kurang nominal sebesar Rp. 50 Triliun dikucurkan pemerintah untuk menghelat Pemilu kali ini. Fantastiskah? Tentu saja, apalagi bila menilik fakta jumlah sebesar itu sebanding dengan 5 persen dari total APBN 2009. Belum cukup sampai disitu, dahi saya semakin berkerut jika mengingat kembali fakta yang terjadi di Pilkada Jatim. KPUD Jatim menggelontorkan dana tak kurang dari Rp. 800 Milliar, untuk 2 kali putaran pilkada plus sekali pungutan ulang. Dahsyatnya lagi, konon dana sebesar itu sama dengan seperlima dari APBD Provinsi Jatim! Sebagai perbandingan, anggaran tiap provinsi untuk pilkada berkisar antara Rp. 150 – Rp. 500 Milliar. Dari data tersebut, setidaknya kita dapat mengalkulasi sendiri, berapa dana yang “dibuang” sebagai konsekuensi logis dari “kewajiban” berhukum dengan sistem demokrasi. Saya tidak tahu apakah

Berpikir Ilmiah

Suatu ketika, dalam sebuah perjalanan menuju Tawangmangu. Saya berbincang renyah dengan salah satu teman satu jurusan. Saat itu, kami berdua melakukan perjalanan menyambut Munas BPPM Balairung. Perbincangan diawali dengan hal-hal yang remeh temeh tentang pengalaman kami berdua semasa kuliah Jurusan Ilmu Komunikasi UGM. tak dinyana dari perbincangan ringan itu, secara tidak sadar kami berdua merasa tercerahkan satu sama lain tentang esensi dari “kuliah” itu sendiri. Saya pun teringat dengan ucapan salah satu dosen di jurusan saya, mbak hermin namanya. Beliau pernah bertutur sederhana, namun sarat mana. “Ciri dari seorang intelektual adalah mampu melakukan analisis terhadap persoalan secara ilmiah”, kurang lebih begitu kutipannya. Ucapan yang semakna dengan kalimat tersebut, berkali-kali diulang oleh mbak hermin di berbagai kuliah yang diampunya. Timbul pertanyaan besar di hati saya untuk menggali makna dari simbol-simbol tersebut. Muncullah konklusi sederhana dari saya. Mungkin, kam

Menikah Muda, Sebuah Impian

Setiap orang pasti mempunyai impian. Dari bermilyar-milyar orang di dunia ini, Impian (mimpi) dari mereka pun beragam. Ada yang terlihat mempunyai impian biasa-biasa saja, ada pula yang mempunyai impian luar biasa. Tentu yang demikian tidak terlepas dari ukuran berbeda tiap individu. Mungkin bagi si X, mimpi si Y terhadap sesuatu bernama A terlalu berlebihan. Namun, untuk permasalahan tersebut, Y mempunyai pandangan yang berbeda. baginya, impian terhadap A adalah hal yang wajar. Karena impian adalah sarat dengan nilai interpretative dari tiap individu…. Bagi saya, impian adalah sesuatu yang teramat penting. Muncul pertanyaan, mengapa saya harus bermimpi? Sederhana, karena dari impian-impian itulah termanifestasikan sebuah ambisi, cita-cita. Dari impian itulah muncul sebuah keinginan untuk merealisasikan target-target yang abstrak menjadi konkret. Dari impian-impian itulah, kita menjadi terpacu untuk meraih sesuatu yang berbeda dalam kehidupan ini. Hmm..namun hati-hati! Jangan asal