Jangan Salahkan Waktu

Sering dulu saya mengeluh tentang waktu. Waktu terbatas lah, hingga akhirnya gak bisa ini itu lah. Lebih parah sampai ada agenda yang tidak tertunaikan sebagaimana mestinya. Hidup seakan berada dalam tekanan. Mirip momok seorang kuli tinta, deadline..deadline, dan deadline..

Tidak mudah memang bila dihadapkan pada kondisi yang demikian. Hingga akhirnya saya mulai berpikir keras. Begitu sulit kah untuk mengatur waktu? apakah benar saya “berhak"(bisa) mengatur waktu? atau jangan-jangan seharusnya kita lah yang menyesuaikan diri dengan waktu yang senantiasa berputar tersebut.

Alangkah beruntung bagi mereka yang bisa mengendalikan dirinya sendiri. Saya katakan mengendalikan bukan mengatur, karena akhirnya saya menemukan sedikit jawaban dari kerisauan pelbagai tersebut. Alangkah bodohnya bila saya menjadi manusia yang merasa bisa mengatur waktu. Tentunya pernyataan tersebut bukannya tanpa argument yang jelas. Bukankah hakikatnya waktu tidak perlu diatur lagi? Dia sudah mempunyai ketetapan berganti dari detik ke detik berikutnya, dari menit ke menit, jam ke jam dst. Dia sudah menjalani keteraturannya sendiri.

Kini menjadi tugas tiap individu untuk mengatur dirinya sendiri. Sudah siap kah kita membangun karakter keteraturan dalam diri kita? Atau mungkin lebih tepatnya mau membentuk pribadi yang teratur.

Semua berawal dari Keterpaksaan

Memang tidak mudah mengubah sebuah kebiasaan. Apalagi kebiasaan tersebut sudah melekat pada diri. Namun, bukankah hal yang tak biasa itu menjadi hal “biasa” bila kita terus membiasakannya pada diri kita? Pernah kah kita berpikir bahwa segala sesuatu yang kita jalani pada dasarnya diawali dari keterpaksaan?

Sejak kecil saya sudah dipaksa rajin bangun pagi oleh orang tua. Semenjak kecil pula, saya sudah dipaksa giat belajar. Dari pagi sampai sore dipaksa mengikuti pelajaran sekolah beserta kegiatan ekstrakurikuler yang sebenarnya saat itu saya sendiri tidak paham, untuk apa semua ini saya jalani. Dan tidak lupa, sejak kecil pula, saya dipaksa melaksanakan pelbagai ibadah. Sholat, puasa..dan masih banyak lagi..bahkan tak jarang paksaan untuk melaksanakan ibadah membuat saya menjadi sosok yang tak berkutik di depan orang tua.

Toh, yang demikian kini memberi dampak luar biasa membentuk kepribadian saya. Bersyukurlah saya ketika kedua orang tua dulu banyak mengajarkan nilai “keterpaksaan” tersebut. Keterpaksaaan yang membawa pada nilai-nilai keteraturan. Intinya saya diajarkan banyak hal cara memenej diri dengan baik.

Membentuk Kebiasaan Positif, Sulitkah?

Ada ungkapan menarik dari guru saya sewaktu SMA. Beliau pernah berujar, untuk membentuk pola perilaku seseorang memang butuh proses. Kuncinya hanya satu, terus memaksa diri untuk berubah. Dari rasa terpaksa, menjadi biasa, dan akhirnya tak terasa.

Tips yang sangat sederhana memang, tetapi memiliki makna yang luar biasa bila kita mampu memahaminya dengan benar. Mengatur diri untuk dapat menyesuaikan dengan slot waktu yang ada memang butuh perjuangan. Bila segala sesuatunya di dunia ini tidak ada yang instan, maka memulai dari hal yang terkecil adalah solusi yang tepat.

Saya sangat tertarik dengan kebiasaan seorang teman, yang selalu membawa catatan kecil kemanapun dia pergi. Dalam buku kecil tersebut terdapat berbagai agenda yang akan dia laksanakan dalam sehari penuh. Tidak cukup dengan catatan kecil tersebut, di kamarnya pun masih dilengkapi dengan papan kecil yang membantunya merangkai kegiatan dalam sepekan.

Saya pikir, kebiasaan yang demikian sangat membantu dirinya dalam mengatur jadwalnya sendiri. Saya pun mulai berpikir, kenapa tidak mencoba mengaplikasikannya pada diri saya? Tidak sesederhana itu memang, tapi memang perlu dicoba.

Kini yang menjadi pertanyaan besar bagi kita semua adalah, mampu kah kita patuh dengan jadwal yang sudah kita buat tersebut. Nampaknya kita memang harus merenung dengan hati kita masing-masing. Saya yakin, suatu saat diri kita akan lantang berkata, jangan salahkan waktu!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tuhan 9 cm oleh Taufik Ismail

Review Buku : Competitive Advantage. Creating and Sustaining Superior Performance

Wonderkid FM 2009