Jum’at yang Kelam (Part.2)
Continued.....
Perjalanan dikesempatan kedua
Sesuai dengan yang sudah ku rencanakan sebelumnya. Selesai menunaikan shalat jum’at, aku akan memulai kembali perjalanan yang sempat tertunda. Meski kondisi badan masih merasakan pegal-pegal dan nyeri di sekujur tubuh, tidak ada alibi untuk menunda perjalanan ini. Di blora sudah menanti seabrek tugas yang harus kuselesaikan. Aku tidak mau mengingkari amanah yang sudah dibebankan teman-teman. Jadilah dengan ketetapan hati, tepat pukul 13.15 aku mulai membuka lembaran baru, memulai perjalanan panjang menuju
Awalnya perjalanan berjalan normal, tanpa ada hambatan yang berarti.
Dan ternyata dugaan ini pun benar adanya. Beberapa kilometer menjelang kedung ombo, hujan rintik mulai turun. Hujan semakin deras ketika memasuki jalan yang berbukit-bukit. Bermodal mantel yang sedari awal sudah kupersiapkan, ku mulai perjalanan ini dengan kondisi
Entah mimpi apa aku semalam, hingga déjà vu ini ku alami. Sesaat setelah kututup kaca helm, dan melibas jalan turun yang cukup curam. Tiba-tiba………braaaaaaakkkkkkkkk!!!! aku tak tahu apa yang terjadi. Aku masih belum tersadar apakah ini benar-benar kualami. Aku memang tidak terlempar atau tersungkur jauh dari motor. Yang kurasakan hanyalah bantalan jalan yang tidak keras. Inilah yang membuatku terheran dan berpikir sejenak.
Hingga ku buka kaca helm, dan aku pun tersadar telah menghantam tumpukan pasir yang di tempatkan tepat di bahu jalan. Hanya menyenggol sebagian tumpukan memang. Namun, sudah cukup untuk membuatku terpeleset untuk yang kedua kali. Bila ada ungkapan hanya keledai yang jatuh dua kali di lubang yang sama, aku harap aku bukanlah yang demikian. Aku memang terjatuh dua kali tetapi, dengan 2 lokasi yang berbeda.
Bangkit…bangkit..dan bangkit…aku terus memotivasi diri ini untuk terus bersemangat melampaui cobaan yang hampir membuatku tak percaya. Dua kali kecelakaan dalam sehari, didua kali kesempatan dan tempat yang berbeda!
Aku pun sempat berpikir apakah kali ini mampu melanjutkan perjalanan, dengan pelbagai kondisi yang penuh keterbatasan. Satu per satu dari badan motor rusak (pecah). Badan lampu, dek, bodi samping. Hancur, melebur dalam serpihan plastic yang kini tidak bias dimanfaatkan lagi.
Dengan kondisi hujan lebat dan masih menyisakan sekitar 100 km lagi untuk sampai ke Blora, apakah mungkin aku sampai di rumah sebelum petang menjelang? Tenang..tenang..the show must go on! Perjalanan harus terus berlanjut. Bagaimana pun kondisinya. Sesulit apa pun hambatannya. Bukan kah Alloh Ta’ala tidak akan memberi cobaan yang tidak bisa dilampaui oleh hamba-Nya?
Dengan kecelakaan yang lumayan parah, ternyata motor masih bisa diajak kompromi. Masih bisa dijalankan! Ah..beruntungnya aku. Ditengah hutan seperti ini, motor ternyata masih mau menghantarkan, aku setidaknya sebelum kesulitan baru datang menghampiri.
Ibarat bermain lotre
Asa ini masih membara. Harapan untuk sesegera mungkin sampai di rumah tercinta masih membuncah dalam dada. Orang tua, kakak, adik-adik, serta teman-teman tercinta, semakin terbayang dekat di benakku. Dengan pelbagai kesulitan yang tidak pernah terbayang sebelumnya. Ku pacu kuda besi ini hingga batas kemampuannya. Sebelum akhirnya masalah demi masalah kembali menanti.
Setelah memasuki wilkayah pemukiman dekat hutan gundih, motor ini tiba-tiba mati. Aku pikir ini bukanlah masalah yang besar. Mungkin hanya percikan air yang membuat motor tidak mau bekerja sebagai mana mestinya. Ku coba untuk menghidupkan kembali motor sebisaku. Aku cek kondisi busi, jika saja ada kotoran pasir yang membuatnya tidak mau bekerja. Tidak ada yang salah dari semuanya. Namun, motor masih belum menunjukkan pertanda kemajuan yang bearti.
Sembari mencari-cari bengkel terdekat. Aku terus berdo’a agar setiap kesulitan ini dibarengi dengan pertolongan-Nya. Dalam kondisi seperti ini, tidak ada dzat yang patut dimintai pertolongan kecuali Alloh azza wa jalla.
Setelah berjalan hampir 2 KM, bengkel yang kucari akhirnya kutemukan.
Untuk yang kedua kalinya dalam sehari, motor ini kembali diperbaiki. Aku pun harap-harap cemas, menunggu berapa biaya yang harus kukeluarkan. Di dompet hanya bersisa selembar 50 ribu dan 10 ribu. Semoga saja tidak mengganggu perjalanan panjangku ini.
Setelah menanti lebih dari satu jam. Akhirnya uang sebesar 30 ribu harus ku keluarkan untuk sang montir. Uang sebesar itu untuk mengganti CDI motor yang rusak. Mungkin karena percikan air, akibat hilangnya pelindung bodi akibat kerusakan di kedung ombo. Aku pun seperti berjudi, bergegas memulai perjalanan ini.
Dua Opsi
Waktu menunjukkan pukul 17.00. perjalanan masih panjang.
Menempuh perjalanan sejauh hampir 100 km, tanpa lampu merupakan kesulitan tersendiri. Aku pun memilih untuk menguntit tiap kendaraan yang ada di depanku. Bila dia berjalan kencang aku pun harus mampu mengikutinya. Bila dia berjalanan lambat, aku pun harus mau bersabar karenanya. Satu-satuya kesulitan terbesar adalah melawan kondisi jalan yang sedang rusak. Lubang besar, kecil, kewaspadaan terhadap motor dan mobil dari arah berlawanan merupakan tantangan tersendiri.
Dan perjuangan yang sangat melelahkan ini pun berakhir juga. Ketika sampai di perempatan biandono, Aku bisa mendengar Adzan isya’. Tidak ada kepuasan, senyum, dan rasa syukur kepada Alloh ta’ala atas segala kemurahan yang diberikan oleh-Nya. Kini saatnya, untuk merayu orang-orang dirumah. Setelah aku mampu memikat hati papa dan mama. Aku pun segera menunaikan sholat jama’ qashar yang tertunda.
Kututup malam itu dengan berbagi kabar dengan si adik kecil. Dia lah satu-satunya orang yang mengetahui jika aku mengalami kejadian ini. Dia pula yang kuharapkan bisa menghibur keadaan tubuh yang serba compang-camping. Tanpa tersadar…aku pun segera terlelap dalam balutan rasa lelah di sekujur tubuh. Semoga hari ini tidak terulang di kemudian hari. Aamin…
Selamat tinggal hari jum’at yang kelam…akan ku sambut cahaya hari sabtu yang lebih menyenangkan…
Komentar