Ngampus pake Sepeda? Kenapa tidak!

Setelah sekian lama tidak menggunakan alat transportasi ini, akhirnya keadaan pula yang memaksa romantisme ini kembali berulang. Sepeda, satu dari sekian jenis kendaraan yang tempatnya semakin terpinggirkan, menjadi penolongku disaat sepeda motor kini tak lagi jadi tunggangan. Hanya sementara memang, tetapi kondisi yang demikian mampu mengingatkan pada sebuah cerita masa lalu. Masa ketika aku menggunakan sepeda untuk menuntut ilmu di bangku SMP.

Inilah hikmah dari pelbagai rentetan cobaan yang aku alami. Aku putuskan “memarkir” sepeda motor untuk sementara waktu, jadilah diri ini menjadi seorang biker dadakan. Situasi yang sebenarnya serba sulit dan tidak aku inginkan sebelumnya. Disaat kondisi luka badan belum sembuh sepenuhnya, aku dituntut tetap “nyaman” mengendarai sepeda. Yap, meskipun demikian, aku tetap harus menjalani ini apa adanya. Harus ku buang jauh-jauh rasa protes terhadap kondisi yang tidak menguntungkan ini. Ikhlas, itu kuncinya, dan aku pun kini bersiap menjalani lembaran baru dengan sepeda ini….

Berbekal sepeda pinjaman…

Sepeda ini adalah sepeda MTB. Meski bukan tergolong sepeda baru, tetapi kondisi sepeda ini masih terawat dengan baik. Semua fasilitas yang ada berjalan dengan sempurna. Sepeda ini awalnya sehari-hari digunakan temanku untuk berangkat kuliah. Namun mulai semester ini dia tak lagi menggunakannya. Bukan karena berganti sepeda yang baru, melainkan sang empunya sepeda sudah dibekali sepeda motor oleh orang tuanya. Jadilah sepeda ini kini seakan tak lagi bertuan. Tidak ada yang rutin menggunakannya, kecuali hanya untuk perjalanan jarak dekat di sekitar kos-kosan.

Dan akhirnya takdir yang membuat sepeda ini menemukan tuan yang baru. Kecelakaan yang kualami beberapa waktu yang lalu, membuatku berpikir untuk memanfaatkan barang yang keberadaannya hampir terlupakan. Tidak mudah memang, ketika memutuskan untuk mengendarai sepeda. Banyak sekali konsekuensi yang harus kupikirkan. Kesibukan kegiatan di kampus serta pelbagai aktivitas lain yang membutuhkan mobilitas tinggi, menjadi handicap tersendiri. Namun, aku pikir inilah opsi yang terbaik. Setidaknya hingga sepeda motorku siap untuk kembali digunakan. Selain itu, setidaknya aku butuh waktu untuk mengumpulkan kembali sisi psikologis yang sempat berserakan, pasca kecelakaan yang cukup mengerikan tersebut.

Bersepeda pun tak mudah, namun tetap nikmat

Siapa bilang bersepeda itu mudah? Paling tidak, Inilah yang aku rasakan saat pertama kali memutuskan menggunakan sepeda sebagai kendaraan andalan. Ada beberapa hambatan di jalan yang membuat bersepeda menjadi tidak nikmat. Kesulitannya pun beragam, mulai dari padatnya lalu lintas hingga cuaca yang terkadang tidak menguntungkan bagi seorang biker.

Aku mulai dengan padatnya lalu lintas di Jogja. Semua orang sudah mafhum, Jogja merupakan salah satu kota yang disesaki dengan pendatang. Tujuan mereka pun beragam, ada yang menuntut ilmu, ada pula yang mempunyai kepentingan bisnis. Berjibunnya pendatang di kota gudeg tentu berdampak besar terhadap jumlah kendaraan bermotor. Dua tahun lebih aku menuntut ilmu di sini, aku pun sudah mampu merasakan jalanan Jogja kini semakin padat.

Nah, yang menjadi masalah besarnya adalah lagi-lagi kendaraan non-mesin yang menjadi korban. Berapa banyak kejadian pengendara sepeda selalu mendapatkan diskriminasi dari pengendara yang lain. Hal yang demikian pun berkali-kali aku rasakan. Space jalanan pun terasa menjadi sempit, ketika setiap jengkalnya selalu coba direbut oleh pengendara motor. Aku pun hanya bisa menggumam dan berkata dalam hati, mungkin mereka belum sadar pentingnya mendahulukan pengendara yang posisinya lebih lemah.

Hambatan kedua sudah barang tentu cuaca!perubahan cuaca memang sudah menjadi ketetapan yang tidak terelakkan. Namun, bagaimana jadinya jika cuaca selalu berubah dengan cepatnya. Sebentar terlihat cerah, beberapa saat kemudian mendadak hujan lebat. Sungguh posisi yang tidak mengenakkan bagi seorang biker. Intinya, aku memang dituntut untuk selalu sigap menghadapi kondisi cuaca yang berubah dengan cepatnya.

Yap, bersepeda memang tidak semudah yang kubayangkan. Namun, tetap saja selalu ada sensasi yang membuatnya menjadi menyenangakan. Setidaknya badan ini menjadi lebih terjaga. Badan sehat, bersepeda pun kini jadi nikmat.

Komentar

gss-leces mengatakan…
enak juga...
ngirit uang kiriman ortu khan..
Anonim mengatakan…
iya..udah ngirit..badan jadi sehat pula....
brain_storm mengatakan…
seru tuh om...
kunjungi http://community.gunadarma.ac.id/

Postingan populer dari blog ini

Tuhan 9 cm oleh Taufik Ismail

Review Buku : Competitive Advantage. Creating and Sustaining Superior Performance

Wonderkid FM 2009