Review Buku : "Kebijakan Energi : Menuju Pengelolaan Energi Berkelanjutan"
Judul Buku :
Kebijakan Energi , Menuju SIstem Energi Yang Berkelanjutan
Penulis :
Rachmawan Budiarto
Penerbit Buku : Penerbit
Samudra Biru
Kode ISBN : 978
602 9276 00 6
Tebal Buku : 280
Halaman
Review Buku
Dewasa ini,
hampir sebagian besar negara di belahan dunia menghadapi tantangan yang sama. Tantangan
tersebut tidak lain menghindarkan diri dari ketergantungan berlebih terhadap
sumber energi fosil. Seperti yang jamak diketahui, bahwasannya sumber energi
fosil jumlahnya terbatas dan tak tidak dapat diperbaharui. Hal ini bertolak
belakang dengan kebutuhan manusia atas energi yang dari tahun ke tahun terus
meningkat. Mau tidak mau, setiap negara saat ini, tidak terkecuali Indonesia,
berlomba-lomba membuat inovasi agar tidak tergantung dengan sumber energi tak terbarukan
dan beralih mengembangkan sumber energi terbarukan.
Polemik
berkepanjangan perihal kebijakan di bidang ketahanan energi ternyata turut memanggil
Rachmawan Budiarto yang tidak lain merupakan akademisi dari UGM, untuk turut
serta dalam melahirkan pemikiran konseptual dalam rangka mewujudkan pengelolaan
energi yang berkelanjutan (sustainable).
Budiarto dalam bukunya “Kebijakan Energi : Menuju SIstem Energi yang
Berkelanjutan” mencoba menawarkan pemecahan sistematis perihal permasalahan energi
yang berbasis pada pengelolaan energi baru dan terbarukan (EBTBK) serta
efisiensi pengelolaan energi di Indonesia.
Menuju Pengelolaan Energi Berkelanjutan
Dari segi
anatomi buku, buku setebal 280 halaman ini dibagi ke dalam 7 bab. Bab 1,
penulis banyak bercerita perihal permasalahan fundamental dalam pengelolaan energi.
Permasalahan tersebut dibagi ke dalam 3 masalah besar, yaitu : ketergantungan
berlebih terhadap energi fosil, rendahnya rasio elektrifikasi, dan ketergantungan
pada biomassa tradisional. Permasalahan-permasalahan yang dimunculkan penulis
di bab ini mengerucut pada konklusi bahwa pengelolaan energi nasional menjasi
isu strategis yang tidak bisa diabaikan sebelah mata. Keseriusan tersebut
dibutuhkan mengingat energi memiliki peran luar biasa dalam peningkatan
kualitas hidup manusia.
Berbicara tentang masalah pembangunan yang berkelanjutan, syarat mendasar yang harus dipenuhi tentunya terkait masalah roadmap pengelolaan energi. Berkelanjutan yang dimaksud tentunya jangan sampai kebijakan yang ditetapkan sekarang mengorbankan kepentingan generasi yang akan datang. Pada akhirnya, kompleksitas pengelolaan energi membutuhkan “perlakuan” yang tidak biasa. Dibutuhkan pendekatan multidisiplin dan komprehensif.
Beralih ke bab
2, Penulis mulai beranjak pada dampak penggunaan sumber energi fosil yang
berlebihan. Penjelasan penulis dirunut dari permasalahan ekonomi hingga konflik
sosial yang dihadirkan bila sebuah negara masih tergantung pada energi fosil
yang tidak terbarukan. Messages yang
ingin disampaikan penulis tidak lain harus ada perubahan paradigma dari awalnya
ketergantungan kepada energi fosil beralih pada efisiensi dan pengembangkan energi
terbarukan.
Penulis juga
memaparkan perlunya perubahan paradigma dalam memandang bahan bakar fosil
merupakan bahan bakar yang banyak tersedia, tidak mahal, efektif, dan banyak
memeberikan kenyamanan. Perubahan yang dimaksud dalam konteks ini merujuk pada
kondisi tidak selamanya sumber energi terus menerus bergantung pada energi
fosil. Akan tiba saatnya ketika pengembangan energi baru dan terbarukan tidak
bisa dihindari lagi.
Bab 3 menyoroti perihal peningkatan efisiensi energi sebagai salah satu komponen utama yang diperlukan untuk membangun pengembangan energi yang sustainable. Efisiensi tersebut bisa dimulai dari sektor-sektor yang menyerap banyak energi sebagai penggerak utama roda kegiatannya. Sektor-sektor strategis seperti industri manufaktur, jasa, dan transportasi menjadi sasaran bentuk efisiensi.
Efisiensi dapat
diartikan sebagai segala upaya untuk meningkatkan manfaat netto yang didapat
dari tiap unit energi. hal ini dapat dilihat dari sejauh mana dapat memperbesar
manfaat yang dapat diperoleh dari energi dibandingkan dengan biaya total yang
dikeluarkan. Manfaat dan biaya yang dimaksud di sini melingkup semua dampak
moneter dan non-moneter yang diterima oleh pengguna langsung energi serta
masyarakat dan lingkungan yang melingkupinya.
Bab 4 penulis mulai membahas berbagai sumber energi alternatif yang bisa dikembangkan, khususnya dengan konteks kondisi Indonesia.pada bab ini penjelasan tentang energi alternatif tersebut dijelaskan mulai dari potensi, sifat-sifat khas dari energi, dan manfaat yang bisa diambil bila mengembangkan sumber energi yang bersangkutan.
Energi yang menopang kebutuhan manusia di bumi berasal dari empat kelompok besar sumber, yaitu tenaga nuklir, matahari, panas bumi, serta gravitasi dan pergerakan planet. Dari keempat sumber energi tersebut, Indonesia mempunyai potensi yang luar biasa untuk mengembangkannya sebagai sumber energi terbarukan yang akan menopang kebutuhan energi dimasa yang akan datang. Energi panas bumi misalnya. Belakangan terungkap bahwa potensi panas bumi Indonesia merupakan yang terbesar di dunia dengan mencapai 40 % dari sumber cadangan panas bumi yang tersedia di dunia.
Pada akhirnya Bab ini menjadi salah satu kekuatan dari buku ini karena kemampuan penulis menghadirkan secara sederhana perbandingan pemanfaatan penggunanaan energi terbarukan, sehingga khalayak luas dapat memperkaya katalog energi terbarukan.
Beralih ke bab
berikutnya, bab 5, penulis mulai menghadirkan hambatan-hambatan yang sekiranya
menjadi kendala dalam pengembangan energi terbarukan. Potensi handicap dari aspek ekonomi (pasar,
ekonomi, financial), aspek sosial-budaya, aspek teknis, dan aspek institusional
menjadi pembahasan yang tidak kalah menarik. Handicap yang muncul di bab ini coba dijawab di bab berkutnya, bab
6. Di bab ini, penulis menguraikan berbagai alternatif kebijakan yang dapat
mendukung inovasi di bidang energi alternalif.
Buku ini akhirnya ditutup dengan penegasan pentingnya mengimplementasikan pengembangan energi terbarukan yang didukung dengan berbagai inovasi yang berujung pada efisiensi penggunaan energi. Mengingat posisi kebutuhan energi yang semakin sentral dalam kehidupan umat manusia, pengelolaan optimal di bidang energi menjadi hal yang tidak bisa ditawar lagi. Di bab ini (Bab 7), penulis juga menekankan pentingnya sinkronisasi kebijakan energi antara pemerintah pusat dan daerah. Tidak lain dimaksudkan agar pengelolaan energi sesuai dengan arah kebijakan yang sifatnya strategis dan sustainable. Pembahasan seputar perlunya keterkaitang regulasi beserta kesamaan dalam keselarasan dalam penyusunan roadmap pengelolaan energi menjadi hal yang tidak bisa ditawar lagi.
Pada akhirnya, satu yang kurang dari buku ini adalah kajian komprehensif tentang kebijakan energi itu sendiri. Bahasan tentang pelaksanaan kebijakan energi di Indonesia masih sebatas penjelasan yang bersifat normatif dan belum menyentuh bentuk roadmap yang komprehensif. Selain itu, ketika diskursus tentang “kebijakan” mengemuka, maka relasi antara kepentingan “kekuasaan” dan politik kebijakan itu sendiri menjadi penting untuk mendapatkan bahasan yang komprehensif. Sayangnya, karena basis penulis yang murni sebagai ilmuwan di bidang “science” membuat bahasan tentang hal itu menjadi kabur dan tidak terjawab.
Meskipun demikian, buku ini layak menjadi referensi sebagai salah satu referensi best practice pengelolaan energi yang berbasis energi terbarukan dan efisiensi penggunaan energi. sebagai salah satu jenis tulisan yang masih jarang diangkat dalam bentuk buku, buku tulisan Rachmawan Budiarto menjadi oase di tengah keringnya catalog best practice pengeloaan energi yang berkelanjutan.
Komentar