Selamat Jalan, 31 Hari menulis!
Waktu berjalan begitu cepat hingga tak terasa sudah sampai di penghujung mei. Itu artinya “kompetisi” #31harimenulis yang saya ikuti juga akan berakhir. sedih, satu kata ini cukup mewakili perasaan saya. Tanpa bermaksud sok “lebay”, saya patut merasa sedih karena setelah kompetisi ini berakhir, saya tak tahu akan bisa konsisten memposting tulisan di blog atau tidak. Bila pada akhirnya hari esok tidak lebih baik dari sekarang, bukankah itu artnya sebuah bencana? Semoga yang demikian tidak terjadi.
***
Berawal dari ketidaksengajaan, ketika saya memantau linimasa twitter saya. Linimasa saya kala itu ramai dengan hastag #31harimenulis. Kesan pertama tidak ada yang spesial, hingga pada akhirnya semakin ramai dibicarakan, membuat saya makin penasaran dengan hastag tersebut. Hingga sampailah pada sebuah simpulan, teman seangkatan saya, Awe berencana membikin kompetisi rally, sebulan penuh memposting sebuah tulisan tiap harinya di blog masing-masing. Singkat kata, satu hari, satu tulisan.
Bergabung di kompetisi ini sebenarnya tak mudah, bukan perkara denda yang diberikan jika peserta tidak posting. Kekhawatiran terbesar saya ada 2, pertama, kekhawatiran membentuk kelompok “belajar” yang elitis. Kedua, jangan-jangan pada akhirnya saya tak mampu menghadirkan tulisan yang berkualitas.
Poin pertama akhirnya saya buang jauh-jauh. Saya hanya berniat masuk ke komunitas pembelajar yang egaliter, dan prasangka itu saya sudahi sampai disitu. Salah satu kenikmatan berkarya adalah ketika karya kita diapresiasi. Begitu juga ketika saya menulis, akan begitu mengasyikkan bila tulisan kita diapresiasi. Yap, alasan ini cukup kuat untuk membuang prasangka yang pertama.
Berikutnya, terkait dengan masalah kualitas tulisan. Bagi saya, kekecewaan terbesar ketika saya menulis adalah ketika saya tidak mampu membuat “gembira” pembaca tulisan saya. Tulisan mungkin tidak perlu bagus dan sempurna, tapi bagaimana membuat tulisan menjadi inspirasi bagi orang lain, itulah yang selalu saya tanamkan pada diri ketika menulis. Untuk yang kedua, sepetinya tulisan saya saat ini memang masih jauh dari kata “baik”.
Kini, kompetisi ini sudah memasuki babak akhir. Layaknya sebuah perlombaan, ada awal, pasti ada akhir. Sesuai dengan kesepakatan di awal lomba, nantinya juga akan dipilih siapa blogger terbaik. Meski sesungguhnya, siapa pun pemenangnya bagi saya tidak penting. Justru pemenang sesungguhnya dari “kompetisi” ini adalah masing-masing peserta. Kesabaran, ketekunan, dan konsistensi dalam menulis adalah kemenangan yang sesungguhnya.
Pesta menulis akan usai. Satu yang saya inginkan, semoga pesta ini akan tetap terjaga. Tentu dengan terus menulis dan menulis. Karena menulis untuk keabadian, dialah pemenang yang sebenarnya.
Komentar