Renungan Jumat

Setiap agama mempunyai hari yang dianggap suci. Nasrani misalnya, menjadikan hari minggu (Sunday) sebagai hari spesial untuk beribadah. Dalam agama Yahudi, hari sabtu (sabath) disebut sebagai hari yang kudus. Mereka tidak diperbolehkan bekerja dan di wajibkan untuk beribadah kepada Tuhan. Sedangkan, Islam, menjadikan hari Jumat sebagai hari yang suci. Kesucian hari Jumat bagi Islam ditandai dengan kewajiban seorang muslim untuk menunaikan ibadah shalat Jumat di masjid secara bersama-sama.

Sebagai seorang muslim, kecuali dalam keadaan safar (perjalanan jauh), saya selalu berkomitmen untuk tidak pernah meninggalkan ibadah ini. Ibadah ini hanya seminggu sekali, rasanya keterlaluan bagi saya jika meninggalkannya barang sekali.

Di tulisan kali ini, saya ingin sedikit bercerita tentang pengalaman berhari jumat di ibukota. Sebelum ingatan di otak saya memudar. Saya buru-buru mengikat ilmu yang saya dapat ke dalam catatan teks. Siapa tahu menjadi pengingat yang berguna, bagi saya dan siapapun yang membacanya.

Matahari telah naik sepenggalah dan waktu menunjukkan sekira pukul 10.40. seperti biasa, sang surya selalu setia memancarkan sinar panasnya. Deretan rumah kaca yang dikombinasikan dengan deru knalpot kendaraan bermotor menjadikan suhu udara diluar sana terasa sedikit menyiksa. Teriknya matahari bahkan menyusupi Taxi blue Bird yang mengantarkan saya dari SCBD menuju kantor yang berada di pancoran.

Kali ini saya baru saja bertemu dengan seorang rekan yang bekerja di Mckinsey Consulting, sebuah konsultan multinasional yang mempunyai kantor cabang di daerah Wisma GKBI. Sepulang dari situ, seperti biasa, kemacetan menjadi perkara yang tak mungkin terhindarkan. Bila akhirnya membutuhkan waktu sekitar 40 menit untuk mencapai daerah pancoran, tentu saya patut bersyukur. Setidaknya ada sedikit waktu untuk rehat sejenak menjelang shalat jumat.

Waktu menunjukkan pukul 11.45, sudah saatnya untuk beranjak ke masjid. 15 menit menjadi jarak tempuh yang cukup sebelum adzan jumat “resmi” berkumandang. Sesampainya di masjid, saya yang biasanya memilih tempat di lantai 2, kali ini memilih berebut tempat di lantai 1. Sekalipun terlihat padat, saya masih yakin mendapatkan tempat. Tidak lain karena kebiasaan jamaah di masjid ini yang tidak “tertib” merapatkan shaf.

Benar juga dugaan saya, meski tidak mendapat baris terdepan, saya tetap mendapatkan tempat yang lebih dari cukup untuk sekadar duduk, tentunya tanpa harus berdesakan dengan jamaah yang lain. Adzan jumat pun berkumandang. Setelahnya khotib segera naik mimbar, dimulailah khutbah jumat. Oya, meski sudah hampir setengah tahun di ibukota, tetap saja membuat saya mampu dengan mudah menghafal nama-nama khotib di masjid ini. Bagi saya, siapapun yang berbicara tidak penting, yang penting substansi dari yang disampaikan.

Khutbah dimulai dan saya pun berdoa, semoga khutbah kali ini tidak membosankan seperti jumat-jumat sebelumnya. Hingga akhirnya, doa saya terkabul. Setengah jam memberikan pengingat sederhana, namun sarat makna. Kira-kira berikut isi khutbah jumatnya …

Khotib mengawali dengan mengutip surat adz dzaariyaat ayat 56 :

dan tidak Aku (Allah) ciptakan jin dan manusia supaya mereka beribadah kepada-Ku

Inilah ayat yang menjadi hakikat dari penciptaan manusia. Manusia dicipta untuk mengakui kelemahannya pada Allah. Manusia dicipta untuk menghamba dan beribadah kepadaNya. Bukan, sekali-kali bukan untuk menumpuk harta, bukan untuk membanggakan jabatan, atau sekadar menikmati berbagai kesenangan dunia. Bukan kah kenikmatan dunia hanya bersifat sementara?

Berikutnya, jamaah dibawa untuk kembali mengingat nasihat rasulullah Saw yang ditulis dalam kita karya imam nawawi.

Rasulullah SAW. pernah bersabda, di akhirat kelak Allah SWT akan berhujjah (mendebat) kepada empat jenis Manusia”

1. Orang Kaya akan dihujjah Allah dengan Nabi Sulaiman a.s.

Orang kaya macam apa yang melalikan ibadah, padahal Nabi Sulaiman adalah sekaya-kaya hamba Allah tetapi dia tidak pernah melalaikan ibadah

2. Orang Hamba Sahaya akan dihujjah Allah dengan Nabi Yusuf a.s.

Nabi Yusuf, budak terbaik di zamannya, mengabdi pada kerajaan yang membelinya, tetapi dia tidak pernah melalikan ibadah kepada Allah

3. Orang Sakit akan dihujjah Allah dengan Nabi Ayyub a.s.

Apabila ada diantara kita yang sakit dan menjadikan sakit sebagai alasan untuk tidak beribadah, apakah mereka tidak mengingat derita Nabi Ayyub yang menderita penyakit cacar semasa hidupnya, akan tetapi, dia tidak pernah lalai untuk sekadar meluangkan waktu kepada sang pencipta.

4. Orang Fakir Miskin akan dihujjah Allah dengan Nabi Isa a.s.

Nabi Isa, pribadi yang miskin semasa hidupnya. Tidak pernah memiliki tempat berteduh. Tetapi, siapa yang meragukan keteguhan hati seorang Isa As?

Tertegun? Ya…menohok? Sudah tentu..

Sekarang, tergantung kita untuk mau mengambil hikmah dari peringatan yang sudah dikabarkan pada kita semua…

*dalam keadaan anatara : antara memposting atau ketinggalan kereta”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tuhan 9 cm oleh Taufik Ismail

Review Buku : Competitive Advantage. Creating and Sustaining Superior Performance

Wonderkid FM 2009