Perubahan dan Kreativitas
Bagi anda yang bergelut dengan dunia Iklan, pasti sudah mafhum dengan nama yang satu ini. Dialah Yasmin ahmad, Executive creative director Leo Burnett di negeri jiran, Malaysia. Dia juga dikenal sebagai film maker, penulis, dan scripwriter. Jika anda masih ingat dengan TVC Petronas terntang tahun baru china di tahun 2003, itulah salah satu karya yang akan membuat Yasmin pantas dicintai oleh seluruh rakyat negeri jiran.
Dalam karya berdurasi kurang lebih 2 menit, Yasmin membungkus dengan baik cita-cita persatuan dalam bingkai perbedaan, sebuah cita-cita besar yang selalu didengungkan oleh Malaysia. Seperti yang kita ketahui, Malaysia sempat mempunyai masalah yang sama dengan Indonesia yakni diskrimani terhadap ras tertentu.
Saya tidak akan bercerita banyak tentang kehebatan seorang Yasmin ahmad, saya hanya tertarik dengan filosofi Yasmin dalam menghasilkan karya-karyanya. Dalam sebuah seminar Yasmin pernah bercerita singkat bagaimana cara dia menghasilkan sebuah ide sederhana menjadi cerita yang menyentuh banyak orang.
Jawabnya ternyata sederhana. Dikala jutaan orang di dunia ini selalu mengeluh bahwa dirinya adalah bukan seseorang yang kreatif, Yasmin Ahmad justru memberi nasehat sederhana. Bagi Yasmin, kreatifitas hanyalah milik Tuhan. Tuhan lah yang kreator terbesar di dunia ini, sedangkan manusia? Manusia hanyalah pengamat yang baik (good observant).
Yasmin Ahmad memang benar. Berkat keteguhanya dalam berprinsip, maka ditelusurilah gang-gang kecil di pemukiman masyarakat tionghoa. Dilihat dengan kepala matanya sendiri, bagaimana berbagai etnis yang ada di Malaysia bisa hidup berdampingan tanpa ada masalah rasial seperti yang banyak dikhawatirkan orang. Yasmin menemukan jawabnya, maka dia pun menghasilkan maha karya!
Lantas, apa sebenarnya yang bisa diambil dari cerita Yasmin Ahmad tadi? ternyata manusia dengan segala kehidupannya adalah guru terbaik dalam menghasilkan perubahan dalam kehidupan. Mungkin kita selalu berpikir bahwa untuk menghasilkan sesuatu yang besar, maka harus memulainya dengan gerakan dalam skala besar. Maka dengan segala hormat akan saya katakan : tidak!
Sebagaimana seorang dewasa yang menjalani masa kanak-kanak terlebih dahulu sebelum menjadi dewasa, maka demikian pula dengan segala perkara di dunia ini. Ide, gagasan dan perubahan, alangkah baiknya jika memulai sebuah transisi dengan mengawali dari perkara yang kecil terlebih dahulu. Jangan sampai nasib kita akhirnya seperti anggota DPR. Mati-matian di depan layar kaca menjual jargon berantas korupsi, tetapi faktanya di belakang mereka ada dan bersekutu untuk menciptakan sarang penyamun.
Saya pun teringat nasehat sakti ini, betapa banyak orang yang berteriak akan merubah dunia, tapi untuk merubah dirinya menjadi lebih baik saja ternyata dia tak mampu. Jadi, mana pilihanmu?
***
Foto : www.topmotivasi.com
Komentar