Menikah
Pada suatu masa, hidup seorang saudagar muda di kota Vladimir. Namanya, Ivan Dimitrich Aksionov. Diceritakan lebih lanjut, Aksionov muda adalah seorang yang “sangat” menikmati masa mudanya. Hari-harinya dihabiskan dengan menenggak minuman keras. Dari kebiasaan ini, dia dikenal sebagai pribadi yang suka bikin kerusuhan. Perusuh, itu yang melekat pada Aksionov. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk menikah. Setelahnya, tak ada lagi Aksionov yang suka mabuk-mabukan. Tak ada lagi Aksionov yang suka bikin keributan. Menikah membuatnya berubah.
Petikan cerita tadi saya ambil dari cerpen Leo Tolstoy. Judulnya, “Tuhan tahu, tapi menunggu”. Saya tidak akan bercerita lebih lanjut dengan tulisan Tolstoy. Tidak perlu diragukan, dia memang salah satu penulis terbaik. Terbaik dari yang terbaik. Yang saya cermati, bagaimana Tolstoy menghadirkan sosok Aksionov di cerpen ini. pengalaman yang sama mungkin dialami oleh orang-orang di sekitar kita.
Rasanya sudah tidak terhitung, berapa banyak orang yang dimasa muda berperilaku “urakan”, tapi menjadi berubah drastis setelah menikah. Berapa banyak pula orang yang dulunya berperilaku layaknya seorang (maaf) baj*ngan, tapi berusaha keras untuk menjadi lebih baik setelah menikah. Dalam banyak kasus, menikah sepertinya memberi inspirasi untuk menjadikan seseorang yang awalnya “bengkok”, berubah sekaligus memperbaiki kehidupannya menjadi lebih terarah.
***
Janji adalah hutang. Begitu agama saya mengajarkan. Dari beberapa janji yang pernah saya ucapkan dan selalu membuat saya agak tergelitik adalah perihal janji untuk menikah muda. Hidup memang penuh dengan kelakar, tapi terkadang kelakar pun harus ada batasnya. Tapi jika dipikir-pikir, kelakar saya tentang menikah muda sudah terlanjur menjadi janji, dan janji sekuat tenaga harus ditepati.
Bermula dari KKN (Kuliah Kerja Nyata, bukan Kisah Kasih Nyata), saya mengucapkan janji itu. Sedikit selingan, layaknya unit KKN pada umumnya, diawal pembuatan proposal KKN setiap unit diwajibkan untuk membuat program, baik yang berkaitan dengan tema atau yang bersifat “tambahan”.
Tiba-tiba muncul ide untuk memberikan training motivasi, satu unit diantara kami hanya 2 orang yang berpengalaman memberikan training, satu diantaranya satu. Satu yang lain bernama Subhan, teman dari Jurusan Teknik Mesin. Ketika tawaran untuk menjadikan saya sebagai penanggung jawab kegiatan datang menghampiri, tanpa basa-basi, seketika saya langsung mengiyakan permintaan tersebut. “oke, siap!”, begitu ucap saya kepada rekan-rekan satu unit.
Hingga akhirnya waktu bagi saya telah tiba. Memberikan training di hadapan siswa SMP dan SMA di lokasi KKN . Di sela-sela perkenalan diri, di halam power point saya tuliskan satu kalimat. Di bagian cita-cita tertulis jelas = “3 tahun lagi berbuka“.
Maksud kalimat ini sebenarnya jelas, menikah! Maka Jika dihitung mundur, itu artinya batas waktu untuk memenuhi janji tinggal 1 tahun. Janji yang sebenarnya berbau kelakar, tapi tetap membuat saya teringat karenanya.
***
Saya sepenuhnya menyadari menikah muda bukanlah perkara mudah, tapi entah mengapa saya selalu punya keyakinan pasti bisa mewujudkannya. Masalah klasik yang menjadi pertanyaan besar biasanya berkaitan dengan masalah “keuangan”. Tapi alasan ini sepertinya bsa dikesampingkan. Bukankah setiap rizki dari anak manusia sudah ditetapkan? Berapa banyak contoh di luar sana, mereka mengawali rumah tangga dari yang awalnya tak punya apa-apa, tetapi Allah kayakan rumah tangga mereka? Harusnya tidak ada lagi keraguan tentang yang satu ini.
Pertanyaan bagi saya tinggal kemauan saya dalam mengejar takdir. Menikah muda bagi saya lebih dari sekadar obsesi, dia adalah tujuan mulia untuk membuat diri ini makin terjaga. Dengan menikah, mata ini akan makin terjaga, dan kemaluan akan semakin menunduk. Segala yang haram menjadi halal dan tak perlu lagi melakukan sesuatu yang tidak dibenarkan oleh jalan agama.
Satu do’a sebagai penutup tulisan saya. Semoga, semoga saya bisa mewujudkannya…aamin…
Komentar