Masih Sehari

Antara “masih” dan “tinggal”. Dua kata ini sebenarnya mengandung maksud yang sama, tapi mengandung “energi” yang jauh berbeda. Masih satu jam, masih segelas, masih segudang, dan masih-masih yang lainnya. Dia mengandung energi optimism. Lawannya : “tinggal”. Tinggal satu jam, tinggal segelas, tinggal segudang. Deretan ini memunculkan aura pesimis, ketidakberdayaan. Tapi tidak selamanya kata “masih” digunakan untuk ungkapan penuh optimis.judul saya di atas bisa seikit menjelaskan.

“Masih sehari” yang saya maksud sudah barang tentu berkaitan dengan libur panjang di akhir pekan ini. masih sehari dan rasanya menunggu waktu sehari bukanlah waktu yang cepat. Mungkin di luar sana banyak orang mencela pemerintahan ini yang makin gemar membikin “cuti bersama”. Bersama kita cuti, itu selentingan yang makin populer. Tapi kali ini saya harus jujur. Saya sudah tak lagi peduli dengan “seringnya” pemerintahan ini membuat-buat kebijakan cuti bersama, toh pemerintahan ini juga sudah tak peduli dengan rakyatnya. Saya harus egois untuk mengatakan saya memang butuh liburan panjang macam pekan ini.

Maka ketika kesempatan itu tiba, saya sudah tak sabar untuk menyambutnya. Lari dari penatnya kehidupan ibukota yang makin gak jelas juntrungannya dengan sejenak berlibur ke jogja, mungkin menjadi opsi yang lebih bijak. Tentunya dengan pengharapan Jogja juga tidak dibanjiri pendatang dadakan.,

Masih sehari kawan..masih harus sabar menanti…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tuhan 9 cm oleh Taufik Ismail

Review Buku : Competitive Advantage. Creating and Sustaining Superior Performance

Wonderkid FM 2009