Kebencian
Hidup ini memang tidak lepas dari kondisi berpasang-pasangan. sebagaimana Tuhan menciptakan siang dan malam, maka panas berpasangan dengan dingin. Tinggi berpasangan dengan pendek, besar dengan kecil dst.
Inilah uniknya kehidupan. Mereka yang saling “berbeda”, justru dicipta untuk selalu “bersama”. Maka dari itu, akan melawan ketentuan, jika mereka yang banyak kesamaan, justru memilih hidup bersama. Pun demikian ketika kita memilih pasangan. Bagi saya, melawan ketentuan jika seorang lelaki justru memilih lelaki sebagai pasangan hidupnya. Bukankah hidup ini memang untuk berpasangan dengan yang beda?
Pada kenyataannya, perbedaan pula yang membuat ini lebih indah. Seperti belakangan yang saya alami misalnya.Tiba-tiba saya tertarik berdiskusi dengan beberapa teman sekantor. Diskusi yang kami lakukan sebenarnya juga tidak serius amat, mungkin lebih layak disebut obrolan santai. Hanya berkait dengan masalah sepele yang terkadang jarang disorot kebanyakan orang. Akan tetapi, obrolan santai ini justru menghadirkan suasana “ketagihan” diantara kami.
Kini, beberapa teman yang awalnya sering saya ajak diskusi itu sudah resign dari kantor. Kami pun hanya bisa berbagi inspirasi melalui dunia maya, hingga akhirnya sebuah surat elektronik sampai kepada saya. Dia mengirimkan pesan dengan subject “Kebencian”. Sejurus kemudian, saya baca e-mail tsb. Kurang lebih isinya sebagai berikut :
Seorang Ibu Guru taman kanak-kanak ( TK ) mengadakan “permainan”. Ibu Guru menyuruh tiap-tiap muridnya membawa kantong plastik transparan 1 buah dan kentang. Masing-masing kentang tersebut diberi nama berdasarkan nama orang yang dibenci, sehingga jumlah kentangnya tidak ditentukan berapa … tergantung jumlah orang-orang yang dibenci.
Pada hari yang disepakati masing-masing murid membawa kentang dalam kantong plastik. Ada yang berjumlah 2, ada yang 3 bahkan ada yang 5. Seperti perintah guru mereka tiap-tiap kentang diberi nama sesuai nama orang yang dibenci. Murid-murid harus membawa kantong plastik berisi kentang tersebut kemana saja mereka pergi, bahkan ke toilet sekalipun, selama 1 minggu.
Hari berganti hari, kentang-kentang pun mulai membusuk, murid-murid mulai mengeluh, apalagi yang membawa 5 buah kentang, selain berat baunya juga tidak sedap.
Setelah 1 minggu murid-murid TK tersebut merasa lega karena penderitaan mereka akan segera berakhir.
Ibu Guru: “Bagaimana rasanya membawa kentang selama 1 minggu ?”
Keluarlah keluhan dari murid-murid TK tersebut, pada umumnya mereka tidak merasa nyaman harus membawa kentang-kentang busuk tersebut ke manapun mereka pergi.
Guru pun menjelaskan apa arti dari “permainan” yang mereka lakukan.
Ibu Guru: “Seperti itulah kebencian yang selalu kita bawa-bawa apabila kita tidak bisa memaafkan orang lain. Sungguh sangat tidak menyenangkan membawa kentang busuk kemana pun kita pergi. Itu hanya 1 minggu. Bagaimana jika kita membawa kebencian itu seumur hidup ? Alangkah tidak nyamannya …”
Setujukah kamu, teman? hanya masing-masing hati diantara kita yang bisa memberi jawabnya…
Komentar