Ketika Saya Merasa Tua...

Saya masih ingat betul. Tanggal 31 Agustus yang lalu merupakan hari penarikan Unit KKN saya. Yap, ditulisan kali ini, saya tidak akan membahas haru-birunya suasana penarikan dihari itu. pun juga tentang segenap kenangan yang tersimpan selama KKN (jikalau sempat, bolehlah ditulisan lainnya). Ada agenda yang tidak kalah penting dari sekadar pulang kembali ke Jogja dan kembali merasakan semerbak harum kamar kos kesayangan. Agenda itu apalagi jika bukan kembali membiasakan diri untuk kembali kuliah. Tepat tanggal 1 september, saya bertransformasi dari Nguliah dan kembali kerutinitas semula : KULIAH.

Tidak ada yang aneh dihari itu, kecuali perasaan dari diri saya sendiri yang merasa ”semakin tua”. Angan-angan yang sebenarnya sudah terbayang ketika saya masih menikmati suasana KKN. beberapa kali saya mengobrol kesana-sini dengan sesama rekan KKN, mencoba memprediksi nasib saya sebagai mahasiswa angkatan tua. Saya katakan tua karena saya sudah menjadi mahasiswa tahun ke-4. Itu artinya saya sudah menginvestasikan saham selama 6 semester di kampus yang makin komersil ini. Tahun ini, saya bersiapa menyelami semester 7 dan semester 8, skripsi sudah datang menanti (aamin....).

Menjadi mahasiswa angkatan tua berartu bersiap kehilangan banyak teman satu angkatan. Untuk masalah yang satu ini ada dua alasan. Alasan pertama, ada yang merasa jumlah SKSnya tercukupi dan tak perlu lagi mengambil banyak mata kuliah. Golongan inilah yang saya sebut mahasiswa rajin a la komunikasi. Alasan kedua, tentu saja sindrom angkatan atas, apalagi jika bukan kemalasan yang mulai melanda. Kuliah hanya menjadi “syarat” dan tidak perlu ngoyo lagi. Mungkin saya termasuk golongan kedua.

Apapun itu, saya bisa merasakan “tuanya” saya dari setiap aktifitas yang saya jalani. Saya mulai dari contoh terkecil. Sebelum KKN, dengan mudahnya saya menemukan populasi komunikasi 2006 di sekitaran Kampus Fisipol. Habitatnya pun mudah ditebak : Kantin, Kepel, depan jurusan, San Siro, Plaza atas-bawah, dan sebagian lagi di mushola. Bagi yang aktif di Persma, rumah tua bernama B-21 menjadi naungan dari teman-teman yang lain.

Kini, menoleh ke kanan-kiri di Kampus Fisipol, makin sedikit pula perawakan angkatan 2006. Bertandang ke B-21 pun, makin sulit menemukan teman-teman. Saya pun makin merasa menjadi sedikit dari angkatan 2006 yang rajin ke kampus gara-gara banyak mengulang. (payahnya diri ini...)

Di aktifitas yang lain pun tidak jauh berbeda. Hari jum’at yang lalu. Komako (HMJnya Jurusan Komunikasi) ceritanya mengadakan buka bersama. Namanya juga bulan puasa. Sembari menimba ilmu, sekalian mengakrabkan angkatan satu dengan yang lain. Dari panitia sempat ngobrol ke saya dan memberi kabar, kalau angkatan 2006 bakal banyak yang datang. Mendengar kabar itu, saya pun turut senang.

Tak sabar rasanya melihat tampang teman-teman yang pasca KKN saya pikir makin kusut. Kulit belang, berat badan makin kurus, itulah yang ada di benak saya. Akan tetapi, harapan saya urung menjadi nyata. Mereka yang eksis tinggal segelintir orang saja. Jika saya hitung, bilangan mereka tidak lebih dari 15 orang. Jumlah tersebut sama dengan 10 % jumlah keselurunhan angkatan 2006. Terlepas dari sedikitnya angkatan 2006 yang hadir dibuka bersama, yang jelas konsumsi pun menjadi berlebih.

Ya, saya semakin yakin. Semester kali ini tidak ada tempat lain untuk berlindung selain ruang berukuran 3x3 bernama kamar kos...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tuhan 9 cm oleh Taufik Ismail

Review Buku : Competitive Advantage. Creating and Sustaining Superior Performance

Wonderkid FM 2009