Namanya Juga Anak Kos...

Namanya juga anak kos. Masih belum bisa menghidupi kebutuhannya sendiri. Ini-itu masih minta orang tua. Pun dengan saya. Sampai saat ini, saya masih bergantung dengan “kiriman” dari orang tua. Bersyukurlah saya, disaat masih banyak orang di luar sana kuliah nyambi kerja. Saya masih bisa sedikit bernafas lega dengan pelbagai pemberian materi dari orang tua.

Namanya juga anak kos. Setiap pengeluaran membutuhkan perhitungan matang. tak bisa asal ingin ini-itu lantas membelanjakan semua uang “kiriman”. Laiknya seorang manager. Saya dituntut untuk mampu menghitung, mana kebutuhan yang penting, agak penting, dan tidak penting. Dari skala prioritas tadi, satu tujuan pasti ingin dicapai. Menstabilkan neraca keuangan pada wilayah “hijau”.

Namanya juga anak kos. Terkadang keinginan mampu mengalahkan kebutuhan. Ketika pandangan sudah terperanjat pada obyek tertentu. akal sehat ini sirna seketika dan maunya membeli barang ini-itu yang belum jelas asas kemanfaatannya.

Dan kali ini saya kalah. Kalah dengan keinginan sesaat. Dan benar saja. Penyesalan ini sungguh menyiksa diri saya. Berawal dari hasrat untuk memenuhi asupan psikis. Jadilah saya membelanjakan uang untuk membeli USB- stick. Mungkin bagi sebagian teman, harga sepasang USB-stick tidak seberapa (untuk membeli sepasang USB-Stick, saya menguras dompet sebesar 100ribu). Namun, bagi saya. Harga segitu harusnya bisa dimanfaatkan untuk membeli barang lain, yang pastinya lebih bermanfaat.

Sesaat setelah membeli USB-Stick tadi. Saya pun bergegas untuk segera pulang ke kos. Dalam hati, saya sudah tidak sabar memainkan game kesukaaan saya (Pro Evolution Soccer). Akan tetapi, apa yang saya dapatkan?? Saya justru tidak lebih jago, ketimbang saat meminkan PES dengan menggunakan Keyboard. Sejurus kemudian saya menjadi orang yang tidak berhasrat lagi memainkan PES. huff…

Pikiran saya semakin terbebani ketika melihat tumpukan buku pinjaman dari perpustakaan UGM. yah…selama ini, hobi saya Cuma meminjam buku, dan jarang sekali membeli buku!! Sudah lama sekali saya tidak berburu buku! Alamak..hidup pun serasa menjadi menyedihkan. Stok buku saya masih terbilang minim!

Dan USB-stick itu pun langsung saya masukan ke dalam bungkus asalnya. Saya malu memandang sepasang USB-stick tadi. Tanpa berpikir panjang, lemari saya menjadi persinggahan sementara USB-stick saya. Setidaknya hingga saya mampu memaklumi kesalahan saya…

Namanya juga anak kos….

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tuhan 9 cm oleh Taufik Ismail

Review Buku : Competitive Advantage. Creating and Sustaining Superior Performance

Wonderkid FM 2009