Kesalahan-Kesalahan dikesempatan Pertama

Awal yang kurang baik, atau kalau tidak mau dikatakan buruk untuk kepengurusan Komako UGM yang saya pimpin. Saya katakan buruk, karena memang demikian keadaannya. Sedari awal, saya sudah menyadari bahwa menjadi Ketua Komako memang tidak mudah. Butuh keberanian ekstra untuk mencalonkan diri menjadi Ketua Komako. Dan benar saja. Setelah terpilih, kini saya merasakan sendiri pelbagai rintangan itu. Onak dan aral mulai membentang di depan sana.

Well, saya tidak mau buru-buru menjadi seorang yang frustasi, karena yang demikian memang bukan karakter saya. saya yakin harapan itu masih ada. Yang jelas, saya hanya menjalankan peran yang dapat saya jalankan. Sesudahnya adalah bagian Yang Kuasa untuk memberlakukan segala ketetapan-Nya. Toh, bagian saya memang hanya berusaha…berusaha…dan berusaha…

Dosa-dosa saya…

Belum terbentuk kepengurusan yang baru. Saya sudah bikin kesalahan fatal. Kesalahan yang akhirnya hanya bisa saya sesali dalam hati dan saya bagi bersama teman seperjuangan. Oh nasib….

Berawal dari masa suksesi cerita itu bermula. Ya..kira-kira begini ceritanya….

Masih terekam dengan baik dalam ingatan saya. tepat tanggal 19 Mei 2009, saya dilantik menjadi Ketua Komako yang baru. Saya bersama sang Sekjen, Aish, diberi mandat untuk memimpin HMJ ini untuk satu periode kepengurusan ke depan (sengaja saya sebut periode kepengurusan, karena HMJ yang satu ini memang tidak mempunyai AD/ART. Daripada berpolemik berapa lama saya menjabat. Untuk sementara, saya lebih suka menyebutnya satu periode kepengurusan).

Kembali ke pokok permasalahan. Sesaat setelah prosesi seremonial suksesi berakhir. Saya dihampiri mantan Sekjen Komako, siapa lagi kalau bukan Mas Fathur. Seingat saya, kira-kira beliau berkata seperti ini, “im, abis ini kamu dapet tugas pertama ya…”

“kita ada kerjasama buat ngadain Seminar sama Bubu Media, detailnya nanti kita bicarain bersama..”.

“tinggal pesan tempat aja kok, yang lain sudah beres”. Tambahnya.

Setelah mendapatkan sedikit penjelasan dari mas fathur, dengan lapang dada saya mengiyakan program kerja sama tadi. Kalau pun saya mau ngeyel dengan menolak kerja sama tadi juga tidak mungkin. Kontrak telah disetujui dan tibalah tugas saya dengan teman-teman untuk menjadi eksekutor lapangan.

Lanjutkan…..

Sesuai dengan mandat dari Sekjen yang lama. Saya dan Aish langsung melakukan koordinasi. Dan dari sinilah kesalahan-kesalahan ini bermula. Bila dihitung satu per satu akan membuat tulisan ini terkesan membosankan. Namun setidaknya saya membuat dua kesalahan fatal. Pertama, saya gagal memberdayakan pengurus lama untuk terjun dalam kepanitiaan kecil di seminar ini. Bagi saya, meskipun program kerjasama ini dieksekusi pengurus baru. Deal kontrak dilakukan dikepengurusan sebelumnya. sedikit memberdayakan mereka apa salahnya?

Yahh…apa mau dikata, saya memang baru dekat dengan anak-anak angkatan 2006. Sedangkan dari saran beberapa pengurus 2006, lupakan saja kami! Prioritaskan angkatan bawah. Dan memang benar. Entah karena sudah muak dengan Komako atau memang sudah disibukkan dengan padatnya aktifitas perkuliahan. Satu demi satu teman-teman tadi perlahan mulai menghilang dengan sendirinya. (untuk permasalahan yang satu ini saya cukupkan sampai disini saja…)

Kedua, saya lupa menanyakan kepada pengurus lama, deal apa saja yang sudah disepakati dengan pihak Bubu Media. Poin kedua inilah yang membuat rentetan masalah demi masalah berdatangan. Bukan apa-apa..ini berkorelasi langsung dengan kondisi keuangan komako yang masih kembang-kempis. Kami tidak mau hanya menjadi pelayan dan tidak mendapatkan benefit apa pun dari kegiatan kali ini.

Dan…Yang saya takutkan akhirnya menjadi nyata. Di tengah jalan, pihak Bubu Media melalui perwakilan mereka di Yogyakarta, meminta fasilitas ini itu pada Komako. Sesosok yang kemudian menjadi aktor kekesalan kami itu bernama Mr. Y. Tidak perlu saya jelaskan permintaan apa saja yang dia minta. Intinya, si Mr.Y ini terkesan mendrive kami untuk berbuat ini itu, sedangkan tidak ada kontraprestasi jelas yang diberikan pada kami. Anehnya lagi, pelbagai permintaan kepada panitia langsung dia tujukan kepada Sekjen Komako dan tidak sekalipun dia share kepada saya, sebagai pengambil keputusan. Bila boleh saya mengistilahkan sungkan di depan, tapi nusuk di belakang.

Menjadi lebih menyedihkan ketika akhirnya saya mengetahui kalau Mr. Y ini bukan siapa-siapa di jajaran eksekutif Bubu Media. Dia hanyalah pegawai biasa dari cabang Bubu Media yang ada di Yogyakarta. Dan setelah saya klarifikasi dengan pihak Bubu Media, si Mr. Y ini sebenarnya tidak mempunyai kewenangan untuk minta ini itu kepada kami. Kami pun merasa dikerjai oleh Mr. Y tadi…

Meski secara pribadi, saya dibikin kesal oleh perlakuan si Mr. Y tadi. Saya dan teman-teman berusaha untuk tetap bekerja secara professional. Tentunya ini berkaitan dengan nama Komako dihadapan pihak luar.

Catatan saya

Setelah seminar ini usai. Jujur saya tidak mendapat banyak ilmu dari kedua pemateri (yang justru kebanyakan promo produk mereka). Yang tersisa hanyalah, kenyataan bahwa Komako harus keluar biaya hampir 200rb untuk kegiatan kali ini. Harga yang sebenarnya bisa saja membengkak dua kali lipat, jika saja kami tidak melakukan “kompromi biaya” dengan Mr. Y.

Saya pun bertanya dalam hati. Jika benar kesabaran ada batasnya, bukan kah menyebutkan batas sama artinya dengan tidak bersabar? Entahlah, saya pun hanya bisa bergumam dalam hati dan memendam segala keresahan tadi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tuhan 9 cm oleh Taufik Ismail

Review Buku : Competitive Advantage. Creating and Sustaining Superior Performance

Wonderkid FM 2009