Puzzle

Puzzle. Ada apa dengan puzzle hingga saya harus memikirkannya? Hmm..Tentu yang saya maksud disini bukan arti sesungguhnya dari puzzle (puzzle : teka-teki). Namun, puzzle yang saya maksud yakni benda yang mungkin diantara kita dahulu sering memainkannya. Ya, dia adalah permainan teka-teki yang menuntut seseorang untuk menyusun potongan-potongan gambar, menjadi pola yang sempurna. Memainkan puzzle hanya membutuhkan sedikit ketelitian dan kesabaran. Selanjutnya, tergantung kita memainkan intuisi untuk menyusun potongan-potongan gambar yang ada.

Layaknya sebuah permainan. Bermain puzzle pun ada aturan mainnya. Ada hukum-hukum yang musti ditaati. Sangat diharamkan meninggalkan satu bagian pun dari potongan-potongan gambar tersebut. Kehilangan satu potongan saja sudah membuat pola tersebut tidak sempurna alias cacat. Oleh karena itu, setiap potongan-potongan pola mempunyai kedudukan yang sama. Mereka saling melengkapi untuk membentuk pola yang sempurna.

Puzzle bernama JIK

Belakangan ini, saya mendapati puzzle bernama Jurusan Ilmu Komunikasi UGM. Hah?! Emang ada ya?? jelas ada sobat. Lantas, apa pentingnya membicarakan puzzle JIK UGM? tentu penting sekali. JIK UGM sedang mencoba merefleksikan kembali dirinya. Mungkin dia baru saja menyimak nasehat dari Kyai Socrates. Socrates pernah berujar, hidup ini tidak akan berarti (tak ada manfaatnya), bila tidak pernah direfleksikan. Alamak, berat amat bahasa Kyai Socrates ini!

Syahdan, orang-orang yang merasa menjadi bagian dari JIK UGM tadi, mulai berfilsafat ria. Muncullah pertanyaan seperti ini, Masih penting kah membentuk pola yang sempurna kawan? Yap, telah terjadi perdebatan “panas” diantara mereka. Satu kelompok berkata lantang, “kalau emang beda, kenapa harus disamakan? Mending kita jalan sendiri-sendiri saja“. Di sisi yang lain, segolongan orang yang merasa perlu membentuk pola yang sempurna menimpali pernyataan tadi. “koq gitu sih..(sambil menyanyikan lagunya dewiq..) kita ini emang jelas beda, tapi kan punya peran sendiri-sendiri?”.

Dan setiap unsur yang menyusun Pola Puzzle Bernama JIK UGM ini bersepakat. Kesepakatan yang bukan main-main tentunya. Kesepakatan mereka sederhana, namun sarat makna. Kurang lebih, begini keputusannya, “Mari berpikir bersama, mencari formula terbaik untuk menyatukan puzzle kita”.

Hmm, saya bisa menangkap dengan jelas bahwa potongan-potongan pola tadi sedang enggan untuk sekadar saling mendekatkan diri. Hampir-hampir mereka berserakan entah kemana. Meski pada kenyataannya, yang demikian hanyalah tanda dari sebuah cinta. Masih bisa disatukan, begitu saya berujar dalam hati.

Untuk Komako

Dalam waktu dekat. Segenap unsur yang menyusun senyawa bernama JIK UGM bersiap menentukan masa depannya. Himpunan Mahasiswa Jurusan bernama Korps Mahasiswa Komunikasi memasuki masa suksesi. Tidak ada yang spesial memang kecuali sebuah riak-riak kecil yang mengiringi masa suksesi. Konon, kedua calon ketua tidak memiliki “kultur” layaknya ketua-ketua Komako pada edisi sebelumnya. Bahkan, kondisi anomali ini membuat awe’ dkk teratraksi untuk membikin film dokumenter tentang suksesi (ada-ada saja….)

Lantas, apa yang dipertaruhkan pada masa suksesi kali ini? Entahlah, saya pun hanya tersenyum ringan ditengah hingar bingar konflik yang berkembang. Bagi saya, pilihan untuk menahan diri lebih baik ketimbang turut menceburkan diri dalam kondisi yang serba tidak mengenakkan.

Ditengah berbagai suasana ketidakpastian itu, saya hanya mencoba menyakinkan berbagai pihak, bahwa saya bisa bekerja sama dengan siapa pun. Bagi saya, tidak ada pilihan meninggalkan satu keping pun puzzle. Saya tidak ingin JIK UGM tidak mampu membentuk pola yang sempurna.

Ah, saya pun berniat iseng, bertanya kepada teman saya.

“bung, milih siapa di suksesi komako besok??”

Sejurus kemudian dia menjawab, “suksesi? Komako? Emang Ketua Komako kita sekarang siapa sih? Trus calonnya siapa aja?”

!@#$%&*.....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tuhan 9 cm oleh Taufik Ismail

Review Buku : Competitive Advantage. Creating and Sustaining Superior Performance

Wonderkid FM 2009