Pembunuhan, Korupsi, dan Permainan Politik

Maaf jika judul tulisan saya kali ini agak memuakkan (konon setiap orang sudah bosan mendengar, apalagi membaca kata-kata di atas). Maaf juga bila nantinya tulisan ini dapat ditafsirkan sebagai bentuk sangkaan yang berlebihan. Hanya sebagai bentuk protes terhadap apa yang saya lihat dan saya rasakan. Kegelisahan yang berkecamuk dalam diri, hingga saya tertarik untuk menumpahkannya dalam rangkaian kata-kata ini.

Semua ini berawal dari kejenuhan saya terhadap menu berita. Setelah dibombardir dengan berita seputar Pemilu. Kini, saya (dan tentunya dialami teman-teman semua) disuguhi drama dijeboskannya Ketua KPK non-aktif berinisial AA ke dalam bui. Motif yang dihadirkan sungguh menggelikan. Pejabat elit KPK ini terlibat cinta segitiga dengan RJ dan NZ. Nama terakhir seperti yang kita ketahui bersama merupakan pejabat BUMN yang beberapa bulan lalu tewas dalam aksi pembunuhan, sesaat setelah pulang dari bermain golf.

Realitas yang saya tangkap dari media, menuntun saya untuk sedikit iseng memaknai simbol-simbol yang mereka tampilkan. Yap, setidaknya Jurusan Ilmu Komunikasi UGM mampu membuat saya tidak nyaman setiap kali mengonsumsi berita. Selalu penuh prasangka!
Dan prasangka saya kali ini berkaitan dengan pemberitaan terhadap Mr. AA. Sebelum saya mengupasnya lebih lanjut. Saya ingin menajamkan kembali memori otak ini. Mencoba mengingat rentetan kejadian yang mungkin saling berkaitan. Setelahnya, saya persilakan anda mencipta makna tentang segala hal yang telah saya paparkan.

Pertama, masih terpatri jelas dalam ingatan saya. Beberapa bulan yang lalu, seorang besan dari orang nomor satu di negeri ini “dipaksa” berpindah rumah ke dalam penjara (baca:penjara khusus eksekutif). Dialah Aulia Tantowi Pohan, salah satu deputi senior BI yang terlibat dalam kasus aliran dana YPPI.

Kedua, entah kebetulan atau tidak. Orang nomor satu di negeri ini tadi mencitrakan diri sebagai pihak yang sangat peduli terhadap pemberantasan korupsi. Setidaknya yang demikian digembar-gemborkan saat masa kampanye Pileg yang lalu. Percaya atau tidak, “kerelaan” beliau untuk melepas besannya menuju Rutan Brimob, telah mengiyakan opini yang berkembang di media, bahwa presiden kita yang satu ini sangat serius memberantas korupsi.

Ketiga, ditengah kisruh DPT yang belum tuntas. Tiba-tiba datang berita menghebohkan berkaitan dengan dugaan keterlibatan Mr. AA dalam pembunuhan Mr.NZ. motifnya pun sangat menggelikan. Mereka berdua konon terlibat affair dengan seorang caddy bernama RJ. Sudah barang tentu, posisi Mr. AA yang sedang menjabat sebagai ketua KPK menyedot perhatian banyak pihak. Media pun mempunyai alasan untuk memusatkan berita mereka pada persoalan yang satu ini. Jadilah isu DPT bak hilang ditelan bumi. Kalau dalam istilah game favorit saya “sinking without trace…”

Keempat, sebenarnya saya tidak terlalu paham dengan urusan hukum. Namun, dari beberapa media yang saya konsumsi. Secara kasat mata tersirat niatan elit untuk menggerus kewenangan badan super body ini (KPK). Setidaknya hingga masa pemerintahan ini berakhir. Kehilangan kepalanya, berarti kinerja KPK -jika dipaksakan- dianggap inkonstitusional.

Terlepas dari rekam jejak Mr. AA yang sedari awal memang diragukan integritasnya. Saya pikir, DPR memang was-was dengan geliat KPK yang makin hari makin mencemaskan.

Ah, saya pun teringat dengan kejadian sama dalam beberapa bulan yang lalu. Ketika itu, pemerintah membuat geger dengan rakyat kecil, dengan mengambil keputusan tidak populis, menaikkan harga BBM. Namun, dengan cerdas dilemparlah isyu Monas hingga akhirnya lenyap pula isyu tersebut.
Apakah saya juga merasakan déjà vu dengan kehadiran kasus Mr.AA untuk menutup isyu DPT?

Hmm..mungkin hanya para elit yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya tadi….

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tuhan 9 cm oleh Taufik Ismail

Review Buku : Competitive Advantage. Creating and Sustaining Superior Performance

Wonderkid FM 2009