Menyoal Realitas Media: Islam selalu disudutkan ? (Kasus FPI Part.1)

News is construct (berita adalah sebuah konstruksi). Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa realitas yang terdapat di media bukanlah cermin dari kejadian yang sesungguhnya (Mickelson, 1972 dalam Petterson, 2000 : 241). Mengapa bisa demikian ? hal ini disebabkan oleh ideologi yang digunakan oleh aktor yang berada di balik layar pembuatan berita ( ideologi media). Dalam proses pengumpulan, produksi, dan pengiriman berita, semua telah ditentukan dalam kebijakan redaksional institusi media yang bersangkutan. Oleh karena itu, ketika wartawan dikirim ke lapangan untuk mencari berita, pada hakikatnya dia tidak mengumpulkan fakta melainkan sebuah cerita (george H.Mead). Simpulan awal dari tulisan ini adalah jangan pernah berpikir media selalu menyajikan informasi yang sebenarnya. Setiap media mempunyai tujuan, setiap media mempunyai ideologi, tergantung ideologi apa yang ada di belakang mereka.

Baru-baru ini kita disuguhi oleh pemberitaan berbagai media yang memberi porsi besar terhadap insiden monas. Kasus yang melibatkan FPI dan AKKBB ini menyedot perhatian publik karena berhubungan dengan masalah yang sangat sensitif, kesucian sebuah agama!. Dari berbagai pemberitaan, semuanya mengarah pada satu opini yang sama : bubarkan FPI karena ormas ini tidak mencerminkan nilai islam!, FPI selalu menggunakan kekerasan dalam melaksanakan aksinya...FPI ini...FPI itu..

Saudaranku yang budiman, menyikapi kasus ini. Kita dituntut untuk cerdas dalam memahami akar permasalahan tersebut. Bila anda sepakat dengan sudut pandang yang saya tawarkan, seharusnya kita memperhatikan aspek-aspek diluar berita yang sudah tersajikan. Sekilas melihat berita insiden monas, kita tentu akan berpikir bahwa FPI itu ormas yang sangat brutal, FPI selalu main hakim sendiri dsb. Lalu, apakah kita pernah berpikir bahwa tindakan yang dilakukan FPI tersebut mempunyai dasar yang dapat dipertanggung jawabkan secara akal sehat ? seperti pengakuan dari Habib Riziq Shihab selaku Ketua Umum FPI, tindakan FPI merupakan respon dari intimidasi dan penghinaan yang dilakukan oleh AKKBB. alasan inilah yang tidak pernah dikupas oleh media. Media seakan-akan memberi cap buruk tidak hanya pada FPI. Namun, citra islam bila dilihat dalam konteks yang lebih besar.

Ya, Manipulasi oleh media memang selalu melekat pada setiap gerak-gerik yang dilakukan oleh FPI. Media seakan memberikan berita tanpa mau tahu apa hal-hal yang membuat FPI melakukan tindakan yang berujung pada kontak fisik. Menurut Habib Riziq, dalam melaksanakan aksinya mereka selalu berpedoman pada prosedur yang mereka tetapkan. Prosedur inilah yang tidak pernah diekspos oleh media. Media hanya melihat FPI dari kulitnya saja, sehingga yang terjadi adalah imej buruk selalu melekat pada FPI. Untuk lebih jelasnya prosedur yang ditetapkan FPI akan saya bahas dalam artikel selanjutnya....

Bersambung...

Komentar

Unknown mengatakan…
FPI menurut watashiwa menjadi kambing hitam oleh pemerintah dalam mengalihkan masalah yang lebih besar yang dihadapi rakyat Indonesia yaitu kenaikan BBM.
Dalam hal ini media massa memang menjadi aktor utama dalam hal ini. Betapa tidak berita tentang FPI selalu dikaitkan dengan kekerasan padahal ketika melakukan aksinya FPI selalu mengikuti prosedur polisi.
Terus kenapa polisi dalam hal ini membiarkan 2 kelompok yang berbeda pemikiran dan prinsip bisa bertemu di dalam tempat yang menjadi simbol negara yaitu di Monas.
Padahal sebelum aksinya FPI sudah meminta izin ke polisi, aneh?
http://politik.infogue.com/menyoal_realitas_media_islam_selalu_disudutkan_kasus_fpi_part_1_
Zulfi mengatakan…
Yup,bbrp malam selepasnya di TvOne jg muncul diskusi yg mengarahkan adanya kesengajaan pemerintah dan polisi khususnya dlm menangani kasus ini.

Lagipula,tdk hny sekali media menyudutkan Islam. Bila FPI disudutkan secara fisik (hukum) oleh media. Maka,masy awam pun sdh tlalu lama disudutkan dg wacana Islam (yg hny) Liberal di media massa mayor. Sdgkan,kounter wacana tsb masih tlalu byk diacuhkan.

Http://www.ifani.co.cc

Postingan populer dari blog ini

Tuhan 9 cm oleh Taufik Ismail

Review Buku : Competitive Advantage. Creating and Sustaining Superior Performance

Wonderkid FM 2009