Game Online : Sebuah Kisah dari Dunia Maya

Malam itu waktu menunjukkan pukul 11 malam. Di luar sana udara terasa begitu dingin menusuk-nusuk sekujur tulangku. Keriuhan di ruangan itu seakan mengalahkan cuaca yang beberapa pekan ini memang kurang bersahabat. Semuanya terkonsentrasi pada urusan masing-masing, menyelami kenikmatan dunia melalui dunia maya. Puluhan sepeda motor yang berjajar rapi di lahan parkir sudah menunjukkan kalau tempat ini merupakan tempat favorit bagi para gamer sejati. Itulah sedikit deskripsi salah satu game online centre yang masih merupakan satu bagian dari mirota grup. Tempat yang nyaris tiap harinya tidak pernah sepi dari konsumen. Mulai dari anak SMP, SMA, orang dewasa bahkan yang berperawakan paruh baya pun larut dalam kesenangan yang seakan telah menjadi kebutuhan pokok.

Yoga, mahasiswa Diploma Kedokteran Hewan UGM merupakan salah satu dari sekian banyak gamer yang menghabiskan waktunya di tempat itu. Meskipun kegiatan perkuliahannya tergolong padat. Hal itu tidak menghalanginya untuk tetap menyambangi salah satu tempat favorit untuk menyalurkan hobinya. Dia mengaku tidak mengalokasikan waktu khusus untuk ngegame. “ semuanya tergantung sama keadaan kantong ”, tuturnya. Untuk ukuran anak kos, bagi dirinya uang menjadi pertimbangan besar karena menyangkut kelangsungan kehidupannya sebagai mahasiswa. “ kalau nggak punya uang ya nggak bakalan ngegame, kalau lagi punya duit bisa semingguan hidup di sini “, tambahnya lagi. Sangat miris memang. Disaat indeks prestasinya terus menukik hingga menyentuh kisaran satu koma, dia masih bisa menjalani hari-harinya dengan senyuman seakan tidak ada beban dalam hidupnya.

Lain Yoga, lain Wawab. Mahasiswa Fakultas Ekonomi UGM ini hanya menjadikan game online sebagai pelarian masalah pribadinya. “ kalau lagi ada masalah pribadi game online jadi pelarian yang mengasyikkan “, ujarnya. Dia mengaku sudah menjadikan game online sebagai obat yang mujarab. “masalah cewek, kuliah yang bikin kepala pening atau masalah apapun bisa lupa kalau ngegame “, tambahnya. Ketika ditanya apakah aktifitas ini mengganggu kuliahnya, dia mengamini akibat terlalu banyak ngegame untuk pertama kalinya selama kuliah Indeks prestasinya turun dibawah 3. “ nyesel juga sich, tapi gimana lagi, cuma ini yang bisa melupakan masalahku “, urainya mencari alasan. Meski begitu, dia mengakui mendapat banyak pengalaman berharga dari dunia barunya itu. Dirinya pernah dikejar-kejar seorang gadis yang dikenalinya lewat permainan game online. Tidak jarang dia menemui seorang gadis yang mengajaknya untuk menjalin hubungan serius pasca berkena;an via chatting dengan gamer yang lain. “ Yang bikin aku heran ada juga yang menjadikan game online sebagai ladang mencari nafkah ”, tuturnya.

Tulisan ini memang masih belum bisa menggambarkan fenomena keseluruhan yang ada di game online. Kegilaan yang diluar batas kewajaran manusia awam masih banyak yang belum disingkap. Meski telah menghabiskan banyak uang untuk ngegame, tidak ada rasa sesal yang menyelimuti mereka. Asal kesenangan didapat, apapun dilakukan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tuhan 9 cm oleh Taufik Ismail

Review Buku : Competitive Advantage. Creating and Sustaining Superior Performance

Wonderkid FM 2009