Postingan

Menampilkan postingan dari 2012

Review Buku : Competitive Advantage. Creating and Sustaining Superior Performance

Gambar
Judul Buku Competitive Advantage. Creating and Sustaining Superior Performance (A New Introduction), English Ed. Penulis Michael E Porter Penerbit The Free Press Halaman 580 Kategori Manajemen Bisnis Review Buku : Mendulang Pemikiran Porter, Strategi Membangun Keunggulan Bersaing Prinsip dasar dari dibangunnya sebuah Firma usaha adalah menghasilkan laba yang berkelanjutan. Pada titik ini, maka akan muncul pertanyaan besar, Bagaimana sebuah perusahaan/model usaha dapat menghasilkan laba yang berkelanjutan dan terus bertahan ditengah ketatnya persaingan global? Adalah Michael Eugene Porter, Professor di bidang bisnis dan manajemen sekaligus pengajar di Sekolah Bisnis Universitas Harvard, penulis 18 buku di bidang bisnis dan manajemen, yang mengulik bagaimana sebuah perusahaan dapat bersaing di tengah ketatnya persaingan global dengan menelurkan konsep “Keunggulan Bersaing” ( Competitive Advantage ) Dalam

Review Buku : "Kebijakan Energi : Menuju Pengelolaan Energi Berkelanjutan"

Gambar
Judul Buku                                  : Kebijakan Energi , Menuju SIstem Energi Yang Berkelanjutan Penulis                                       : Rachmawan Budiarto Penerbit Buku                             : Penerbit Samudra Biru Kode ISBN                                 : 978 602 9276 00 6 Tebal Buku                                 : 280 Halaman Review Buku Dewasa ini, hampir sebagian besar negara di belahan dunia menghadapi tantangan yang sama. Tantangan tersebut tidak lain menghindarkan diri dari ketergantungan berlebih terhadap sumber energi fosil. Seperti yang jamak diketahui, bahwasannya sumber energi fosil jumlahnya terbatas dan tak tidak dapat diperbaharui. Hal ini bertolak belakang dengan kebutuhan manusia atas energi yang dari tahun ke tahun terus meningkat. Mau tidak mau, setiap negara saat ini, tidak terkecuali Indonesia, berlomba-lomba membuat inovasi agar tidak tergantung dengan sumber energi tak terbarukan dan beralih mengembangkan sumber ener

Aku Ingin

Gambar
Aku ingin selalu merindumu tanpa batas Sebagaimana udara yang tak terbilang Selalu ada sekalipun jutaan manusia tak henti menghela Aku ingin menyayangimu tanpa syarat Sebagaimana tumbuhan liar tak bertuan Membiak lebat meski tak ada yang merawat Aku ingin mencintaimu setiap waktu Sebagaimana cinta yang tak lekang diputus usia Selalu bersemi dan mengabadi dalam janji tak bertepi Maka jangan sekali-kali kau meragu rasa Biar semua sejalan sama Sekalipun berjebah rayu goda, abai saja teguh setia Andaikan sampai takdir kita, izinkan aku mengikrar kata Hingga maut memisah raga  Sekali berlayar hanya kita berdua (Kampus Fisipol UGM, 18.45, 4 Juni 2012) Love is in the air

Rumah Kaca

Gambar
Aku hidup di rumah kaca Rumah mewah, d i bawahnya mengalir air begitu indah Aku hidup di rumah kaca Hari-hari tampak cerah, meski dikelilingi makhluk bedebah Aku hidup di rumah kaca Terlihat gagah, namun rapuh dan mudah pecah Aku hidup di rumah kaca Dia begitu megah, tapi mudah tertimpa musibah Dan Aku hidup di rumah kaca Sekali terbelah, menyisa luka nan berdarah... Rumah Kaca

Mendirikan Shalat Dhuha

Gambar
Sesuai dengan judul di atas. Tulisan saya kali ini akan membahas perihal Shalat Dhuha. Shalat sunnah yang mungkin sudah sering di dengar oleh kalangan muslimin, akan tetapi tidak jarang dilalaikan. *** Jika ada alasan yang membuat Shalat Dhuha ditinggalkan, maka alasan berikut bisa sedikit menjelaskan. Pertama, waktu Dhuha adalah waktu ketika orang mulai disibukkan dengan kesibukan dunia. Yang menuntut ilmu, disibukkan dengan kegiatan pendidikannya. Sedangkan yang berjuang mengais rezeki, disibukkan dengan perkara kelangsungan asap dapurnya. Maka tidak jarang perputaran waktu yang begitu cepat membuat seseorang melalaikan Shalat Dhuha. Kedua, sekalipun sering disebut, tidak jarang banyak diantara muslimin yang tidak mengetahui betapa Shalat Dhuha mempunyai keutamaan-keutamaan yang menjadikannya amat spesial.  Maka melalui tulisan singkat ini, semoga dapat membuat saya dan siapapun yang membacanya lebih semangat untuk menghidupkan waktu dhuha dengan amalan yang mulia di sisi All

Salam Perpisahan

Gambar
20 bulan dalam bilangan Tak sebanding kenangan tak berbilang 20 bulan dalam bilangan Pagi menemu petang, kehangatan serta membentang Namun persinggahan sampai jua di penghujung jalan Seperti hembusan angin tak kenal penghalang Biarkan diri berpamit sayang Pindah haluan menuju kebebasan Muchas gracias, Nos vemos la próxima vez (Yogyakarta, 23 Juni 12.20 WIB) 20 bulan, saatnya berpisah (Bumi Sarinah)

Pupus

Dalam sebuah   masa Ku coba mengisar kenangan Bait demi bait atas setiap cerita yang mengabadi Goresan demi goresan yang seketika menjadi saksi Ku urus semua biar tak lekas mati Pernah Ku berharap keinsyafanmu Mereka ulang setiap roman yang tak berkesudahan Diantara desiran nafas dan detak jantung kubisikkan bahasa kerinduan Tak ingin semua ini larut dalam bahagia tak bertuan Dengarlah sajak penantianku Sajak yang tak pernah tereja sebelumnya Sebelum layu, Ku paksa berpagut erat dengan nyayian kesetiaan Biarlah seperti ini, hingga esok tiba waktuku  Sekalipun sadarku lekas memberi tahu, itu sekadar cerita lalu ( Yogyakarta, 19 Juni 2012, 12.12 WIB )

Calo Lagi..Calo Lagi..

Lagi-lagi beli tiket kereta di calo. Ya, kira-kira seperti itulah rutinitas yang belakangan menjadi ritual mingguan saya. Sudah setahun terakhir belakangan ini, saya hilir mudik Jakarta-Yogyakarta menggunakan kereta. Dongkol rasanya ketika saya (dan mungkin dialami oleh banyak orang di luar sana), tiap harinya selalu mengalami kesulitan yang sama. Kesulitan itu tidak lain untuk mendapatkan selember tiket jarak jauh kereta ekonomi. *** Kereta ekonomi, dari namanya mungkin anda sudah bisa membayangkan kereta macam apa yang saya maksud. Layaknya tingkatan kelas di model transportasi yang lain, kelas ekonomi adalah kelas paling bawah, paling buncit. Namanya juga kelas paling bawah, fasilitas yang ditawarkan pun tidak ada yang spesial atau jika tidak mau disebut ala kadarnya. Yang spesial hanyalah harganya yang (menurut saya) kelewat terjangkau. Bayangkan saja, untuk menempuh perjalanan  Jakarta - Yogyakarta, anda cukup menebusnya dengan uang sebesar Rp 35 ribu. Tidak jauh berb

Senjakala Rindu

Gambar
Aku mulai bait ini dengan kata Rindu Rinduku pada dirimu dan Memoar masa lalu Pada dirimu dan serpihan cinta yang berubah sirna Di ujung senja aku membenam rasa Melupakan sebekas cinta yang tak lekas nyata Biar..biarlah semua begini adanya.. Sekalipun rindu mendera jiwa dan sukma berpeluk hampa Biarlah rinduku hilang bersama senja..sekali ini saja..selamanya… (Gd. Tifa, 22 Mei 2012) Ujung Senja di Yogyakarta

23 di 23

Apalah arti sebuah bilangan bagi dirimu, sayang? Karena bagiku yang demikian sekadar pengulangan.. Apalah arti sebuah bilangan, sayang? Karena yang terpenting bukanlah angka, tapi sedalam apa menyelami makna Maka bersegeralah mencari jalanmu Jemputlah masa depan dalam kesempurnaan Ikatlah mimpi-mimpimu Wujudkan cita dan raihlah cintamu Dalam senandung nan tulus, kupanjatkan do’a Jagalah dia wahai Rabb semesta alam Berikan kebahagiaan, karena dengan itu dia pancarkan keceriaan Tunjuki jalannya, lindungi dari kepalsuan dunia yang membuatnya terlena Seterusnya, berbahagialah dalam damai kehidupanmu Kehidupan yang mencerahkan, melapangkan, dan tak lekas lelah berbagi… Seperti matahari yang tak kunjung bosan membagi sumber kehidupan.. Karena itulah sebaik-baik pengharapan..hanya untukmu saja.. dalam bilangan 23 di 23.. sebuah doa’a, satu untuk selamanya… (17.14, Gedung Tifa, Jakarta, semoga bukan puisi terakhir untukmu…)

Maaf

Tiap jeda tak henti aku memikirkan Semakin persinggahan terbilang semakin tak tertahankan Bukan sengaja alpa melainkan tak kuasa menegur sapa Atas satu tutur yang tak sempat terucap Diperalihan sang waktu aku termangu Maka terima bisikkan kata-kata maafku Maafkan aku… Atas perangai yang melahirkan pertikaian Maafkan aku… Atas segala pengorbanan yang tersia-siakan Maafkan aku… Atas tingkah laku yang membuatmu meragu Maafkan aku… Atas dosa-dosa yang menyulut berang dalam dada (28 Maret 2012, antara Jakarta dan Yogyakarta, sunyi sendiri dalam keriuhan kereta)  

Do’aku

Bilakah aku merangkai Kata, maka terseliplah namamu Bilakah aku meracau Cerita, maka terseliplah namamu Bilakah aku mengucap Do’a, maka terseliplah namamu Dalam keheningan aku mengelai badan Menengadahkan tangan, menghamba pada Tuhan Melangsamkan waktu berlama mendo’akan dirimu dan aku Untukmu agar dibukakan pintu cintamu Untukku agar ditegaskan padamu Untukmu agar ditunjuki jalan keridhoan Untukku agar dilimpahkan benih kebaikan Untukmu dan untukku agar kita dapat beriringan sekalipun berjebah perbedaan Aku pun berpagut dengan sepertiga malam terakhirku Ku akhirkan dengan secarik do’a terbaik : “Rabbana hablana milladunka zaujan thayyiban wayakuna shahiban lii fiddini waddunya wal akhirah” (05.20, Yogyakarta, 22 Maret 2012. Apa kabarmu, di sana? semoga baik-baik saja…)