Postingan

Menampilkan postingan dari 2011

My Job is (not) My Hobby..

Semua orang ingin… Semua orang terobsesi.. Semua orang termotivasi.. Tapi hidup tak sekedar ungkapan kata.. Dia butuh bukti nyata..dia butuh usaha untuk kemudian menjadi nyata.. Kali ini saya lelah, lelah..lelah dengan rutinitas tanpa nyawa.. Tentang pekerjaan yang (belum) memberikan kenikmatan,.. Tentang atasan yang tak kunjung memberikan pengakuan .. Tentang semuanya..semuanya yang tidak berjalan seperti yang diharapkan.. Tapi hidup mesti terus berjalan.. Terus dan harus berjalan…

Zakat dan Solusi Ummat

Sejahtera adalah dambaan setiap orang. Menjadi mafhum bila setiap negara mengagendakan kesejahteraan rakyat sebagai salah satu tujuan penyelenggaraan Negara. Bila keberhasilan sebuah rezim dapat diukur dari sejauh mana mereka mampu mensejahterakan rakyatnya, maka kesejahteraan menjadi agenda yang tak lagi terelakkan. Pun demikian dengan negeri ini. Indonesia, negeri ujung timur yang sudah merdeka selama 65 tahun, masih berjuang untuk meraih kesejahteraan yang didambakan. Menciptakan kesejahteraan umum dan menjamin keadilan sosial, itulah cita-cita pendiri negeri yang tercantum dalam pembukaan UUD’45. Rezim terus berganti, akan tetapi janji tak kunjung ditepati. Sedikit mengernyitkan dari ketika sebuah hamparan negeri yang bentagannya meliputi sabang sampai merauke dan di dalamnya terkandung sumder daya alam luar biasa, tak kunjung menjadi raja, sekalipun di negeri sendiri. Inilah Sebuah fakta yang tidak terelakkan ketika terdapat 108,8 juta warga yang bertahan hidup kurang dari R

31 Hari dan seterusnya...

Hari ini, kompetisi 31 hari menulis tinggal menghitung menit. Kehidupan “mungkin” akan kembali seperti sedia kala. Satu hal yang pasti, setelah ini, tak ada lagi aturan-aturan macam kewajiban posting 1 hari, 1 tulisan. Tak ada lagi denda Rp.20.000 bagi mereka yang tidak posting tulisan. Maka wajar ketika kompetisi ini sudah mendekati garis finis, sebuah pertanyaan besar muncul di otak saya. Setelah ini mau apa? Saya tak tahu pasti. Tapi yang jelas 31 hari menulis sudah melahirkan kebiasaan baru. Kebiasaan memposting tulisan tiap harinya. Kebiasaan untuk terus berpikir kreatif (menulis juga pekerjaan kreatif bukan?), kebiasaan untuk meluangkan waktu untuk sekadar menulis ditengah padatnya aktivitas. Yang jelas dalam sebulan ini, saya mendapatkan dua manfaat tak ternilai harganya. Karena menulis adalah tentang aktivitas berbagai, maka beruntunglah jika selama kompetisi ini, saya bisa merasakan kenikmatan tersebut. Menulis pada akhirnya memang untuk berbagi apa saja, berbagi ide,

Masih Sehari

Antara “masih” dan “tinggal”. Dua kata ini sebenarnya mengandung maksud yang sama, tapi mengandung “energi” yang jauh berbeda. Masih satu jam, masih segelas, masih segudang, dan masih-masih yang lainnya. Dia mengandung energi optimism. Lawannya : “tinggal”. Tinggal satu jam, tinggal segelas, tinggal segudang. Deretan ini memunculkan aura pesimis, ketidakberdayaan. Tapi tidak selamanya kata “masih” digunakan untuk ungkapan penuh optimis.judul saya di atas bisa seikit menjelaskan. “Masih sehari” yang saya maksud sudah barang tentu berkaitan dengan libur panjang di akhir pekan ini. masih sehari dan rasanya menunggu waktu sehari bukanlah waktu yang cepat. Mungkin di luar sana banyak orang mencela pemerintahan ini yang makin gemar membikin “cuti bersama”. Bersama kita cuti, itu selentingan yang makin populer. Tapi kali ini saya harus jujur. Saya sudah tak lagi peduli dengan “seringnya” pemerintahan ini membuat-buat kebijakan cuti bersama, toh pemerintahan ini juga sudah tak peduli denga

Selamat Jalan, 31 Hari menulis!

Waktu berjalan begitu cepat hingga tak terasa sudah sampai di penghujung mei. Itu artinya “kompetisi” #31harimenulis yang saya ikuti juga akan berakhir. sedih, satu kata ini cukup mewakili perasaan saya. Tanpa bermaksud sok “lebay”, saya patut merasa sedih karena setelah kompetisi ini berakhir, saya tak tahu akan bisa konsisten mem posting tulisan di blog atau tidak. Bila pada akhirnya hari esok tidak lebih baik dari sekarang, bukankah itu artnya sebuah bencana? Semoga yang demikian tidak terjadi. *** Berawal dari ketidaksengajaan, ketika saya memantau linimasa twitter saya. Linimasa saya kala itu ramai dengan hastag #31harimenulis. Kesan pertama tidak ada yang spesial, hingga pada akhirnya semakin ramai dibicarakan, membuat saya makin penasaran dengan hastag tersebut. Hingga sampailah pada sebuah simpulan, teman seangkatan saya, Awe berencana membikin kompetisi rally, sebulan penuh memposting sebuah tulisan tiap harinya di blog masing-masing. Singkat kata, satu hari, satu tuli