Postingan

Menampilkan postingan dari 2010

Toilet

Toilet? Ada apa dengan toilet? Tentu rekan blogger sudah mafhum dengan tempat yang satu ini. Jika belum paham tentang apa yang dimaksud dengan toilet, maka berikut penjelasannya.. Menurut Wikipedia : Toilet atau Kloset atau WC (bahasa Inggris: water closet) adalah perlengkapan rumah yang kegunaan utamanya sebagai tempat pembuangan kotoran, yaitu air seni dan feses. Lantas apa yang menarik dengan toilet? Baiklah, Kali ini saya akan sedikit bercerita tentang toilet di tempat saya bekerja… Saya bekerja di perusahaan konsultan energi. Untuk memudahkan kinerja dari perusahaan ini, maka perusahaan tempat saya bekerja menyewa sebuah rumah di kawasan Bumi Sarinah Estate , pengadegan utara, pancoran. Rumah berlantai 2 ini memiliki 4 kamar mandi/toilet. Tiga toilet berada di lantai 1, satunya lagi berada di lantai 2. 2 diantara 3 toilet yang berada di lantai bawah dimanfaatkan untuk pegawai dan tamu, sedangkan satunya lagi untuk office boy (OB). Untuk toilet yang berada di lantai atas digunakan

Catatan Akhir

Hari ini, kamis 16 Desember 2010. Tak serasa sudah lebih dari sebulan ini saya menetap di Ibukota. Menetap kali ini memang menjadi spesial karena untuk pertama kalinya saya bekerja secara professional. Namanya bekerja professional, sudah barang tentu saya digaji. Namun sekali lagi bukan gaji yang menjadi alasan, kenapa saya memilih “mengambil” kesempatan langka bekerja di ibukota. Guru bernama pengalaman begitu sayang untuk dilewatkan. Sebenarnya, ada beberapa postingan perihal pengalaman saya di dunia kerja yang siap saya share ke rekan blogger. Mungkin setelah tulisan singkat ini. Ketika menulis artikel ini, perasaan saya campur aduk. Suka-duka bersenyawa dalam segenap pikiran. dalam hati, saya mulai menyadari..inilah fase menuju catatan akhir di ibukota.. Saya dikontrak hanya untuk dua bulan. Terasa lama bagi seorang mahasiswa, tapi terasa singkat untuk seorang pekerja. Waktu dua bulan masih belum cukup untuk menaklukkan ibukota. Menaklukkan setiap liku kehidupan, kerasnya

Katanya Blog Anak Komunikasi UGM...

Menulis adalah pekerjaan untuk keabadian. Petuah dari Pramoedya Ananta Toer itu begitu menghujam di benak saja. Oleh karenanya, siapapun yang mau menulis, berbagi ide, berbagi inspirasi, berbagi cerita, saya akan selalu mencoba untuk mengapresiasinya. Kali ini saya mencoba untuk mengapresiasi “hobi” menulis dari rekan sejawat. Yang saya maksud apalagi kalau bukan anak-anak komunikasi UGM. Seperti menjadi sebuah keharusan, anak komunikasi harus mau dan pandai dalam menulis. Apapun temanya dan bagaimanapun gaya penulisannya. Mumpung kerjaan saya sedang selooo (kata ganti luang waktu), saya mencoba untuk merekam blog-blog anak komunikasi. Untuk edisi kali ini, cukup saya tuliskan daftarnya saja. Perihal pemikiran usil saya terhadadap masing-masing blog, akan diposting pada kesempatan berikutnya. Cekidot! Fakhri Zakaria (Jaki) – Alumni/Komunikasi 05 à www.fakhritaksendiri.multiply.com Ardi Wilda (awe) – Komunikasi 06

Seksualitas yang menjadi Banal

Gambar
“ The media play a crucial role in almost all aspects of daily life. However, their influence is not limited to what we know. The sociological significance of media extends beyond the content of media messages. Media also affect how we learn about out world and interact with one another. That is, mass media are bound up with the process of social life ”(Croteau and Hoynes, dalam PKMBP, 2005 :5). Jauh sebelum kita mengenal internet seperti sekarang, siapa sangka jika diawal penciptaannya, teknologi ini digunakan untuk kepentingan pertahanan? Sekira empat dasawarsa yang lalu, Internet dicipta oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Tepat tahun 1969, melalui proyek ARPA yang disebut ARPANET ( Advanced Research Project Agency Network, Departemen Pertahanan Amerika Serikat mulai mengoneksikan perangkat software dan hardware untuk saling berkomunikasi dan bertukar data. Tujuan pembangunannya : untuk menangkal bila sewaktu-waktu terjadi serangan nuklir di tempat-tempat strategis

Sepakbola dan Kejujuran : Solusi Sepakbola Nasional

Industri sepakbola pada dasarnya adalah sebentuk menara gading. Dengan dalih semangat Olimpiade, olahraga –termasuk sepakbola di dalamnya- membangun kerajaan besarnya dengan benteng-ben teng kokoh yang menihilkan intervensi pemerintah. Dengan kuasa penuh dalam pengelolaannya, maka menjadi lumrah bila sepakbola pada sisi tertentu menjadi milik “swasta”. Hal ini sejalan dengan statuta yang ditetapkan FIFA. Induk organisasi sepakbola dunia ini “mengharamkan” adanya intervensi pihak ketiga dalam setiap kebijakan pengelolaan di sepakbola. Cerita menjadi berbeda ketika olahraga menjadi urusan Negara. Kasus seperti ini biasa terjadi di Negara berkembang, ketika olahraga belum memasuki fase industrialisasi yang mapan. Pun demikian dengan fenomena yang terjadi di Indonesia. Di negeri ini, sepakbola belum sepenuhnya menjadi industri yang profesional. Tengoklah ketergantungan klub-klub peserta liga Indonesia yang masih bergantung kepada kucuran APBD untuk menjaga keberlangsungan klub. Atau PS