Postingan

Menampilkan postingan dari 2009

Negeri Para Bedebah

puisi ini sering diputar di Metro TV. repetisi yang berulang kali membuat saya terngiang olehnya. jikalau anda belum sempat atau ingin mengapresiasinya, di sini saya tuliskan kembali puisi tersebut.... Ada satu negeri yang dihuni para bedebah Lautnya pernah dibelah tongkat Musa Nuh meninggalkan daratannya karena direndam bah Dari langit burung-burung kondor jatuhkan bebatuan menyala-nyala Tahukah kamu ciri-ciri negeri para bedebah? Itulah negeri yang para pemimpinnya hidup mewah Tapi rakyatnya makan dari mengais sampah Atau jadi kuli di negeri orang yang upahnya serapah dan bogem mentah Di negeri para bedebah Orang baik dan bersih dianggap salah Dipenjarakan hanya karena sering ketemu wartawan Menipu rakyat dengan pemilu menjadi lumrah Karena hanya penguasa yang boleh marah Sedang rakyatnya hanya bisa pasrah Maka bila negerimu dikuasai para bedebah Jangan tergesa-gesa mengadu kepada Allah Karena Tuhan tak akan mengubah suatu kaum Kecuali kaum itu sendiri mengubahnya Maka bila negerimu

Kejahatan Legislasi DPR

Untuk yang kesekian kalinya. Segenap rakyat di negeri ini kembali kembali dikecewakan oleh badan legislasi. Raibnya pasal 113 ayat (2) dari Rancangan Undang-Undang Kesehatan menjadi kasus terkini. Uniknya, merebaknya skandal perundangan ini mengemuka ketika hiruk-pikuk perpolitikan nasional, sedang terarah ke puri cikeas, dimana Presiden beserta tim seleksi kabinet sedang menyusun KIB jilid 2. Ayat beserta konsekuensinya Bunyi ayat yang sempat hilang itu adalah sebagai berikut : “Zat adiktif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi tembakau, produk yang mengandung tembakau, padat, cairan dan gas yang bersifat adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya dan atau masyarakat sekelilingnya.” Zat adiktif adalah obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi oleh organisme hidup, yang dapat menyebabkan kerja biologi serta menimbulkan ketergantungan atau adiksi. Adiksi tersebut sulit dihentikan dan berefek ingin menggunakannya secara terus-menerus. Jika dih

Ketika Saya Merasa Tua...

Saya masih ingat betul. Tanggal 31 Agustus yang lalu merupakan hari penarikan Unit KKN saya. Yap, ditulisan kali ini, saya tidak akan membahas haru-birunya suasana penarikan dihari itu. pun juga tentang segenap kenangan yang tersimpan selama KKN (jikalau sempat, bolehlah ditulisan lainnya). Ada agenda yang tidak kalah penting dari sekadar pulang kembali ke Jogja dan kembali merasakan semerbak harum kamar kos kesayangan. Agenda itu apalagi jika bukan kembali membiasakan diri untuk kembali kuliah. Tepat tanggal 1 september, saya bertransformasi dari Nguliah dan kembali kerutinitas semula : KULIAH. Tidak ada yang aneh dihari itu, kecuali perasaan dari diri saya sendiri yang merasa ”semakin tua”. Angan-angan yang sebenarnya sudah terbayang ketika saya masih menikmati suasana KKN. beberapa kali saya mengobrol kesana-sini dengan sesama rekan KKN, mencoba memprediksi nasib saya sebagai mahasiswa angkatan tua. Saya katakan tua karena saya sudah menjadi mahasiswa tahun ke-4. Itu artinya say

Catatan Kecil Menjelang Keberangkatan

Ketika menulis catatan ini. Saya hanya bisa kecewa pada diri saya sendiri. kecewa akan banyak hal. Tentang segala tugas dan kewajiban yang belum tertunaikan. Tentang segala perjuangan yang belum tertuntaskan. Sedih…namun, apa mau dikata. Saya kalah dengan deadline yang harus saya penuhi. Agenda kampus (KKN) membuat saya kalah dengan sang waktu. Lagi dan lagi…saya hanya bisa berbagai melalui tulisan ini… Seperti yang sudah saya ceritakan pada teman-teman alumni perihal peningkatan biaya sekolah di SMANSABLA yang sudah tidak masuk akal. Saya dan beberapa teman-teman yang mencoba peduli dengan kondisi ini, menginisiasi adanya gerakan perlawanan terhadap peningkatan biaya sekolah di SMA. Akan tetapi, belum juga gerakan ini berjalan. Ada saja halangan datang silih berganti. Kendala terbesar yang saya hadapi adalah............KKN! (Anda boleh menyebutnya Kuliah Kakean Nyumbang atau Kuliah Karo Nguli). Apapun itu, intinya KKN memaksa saya untuk meninggalkan peradaban, setidaknya untuk d

Cerita dari Blora

Hampir 2 bulan ini saya tidak pulang ke rumah. Masih teringat jelas dalam ingatan, terakhir kali saya pulang Blora adalah saat Pileg yang lalu. Sudah 2 bulan berlalu, rasa kangen ini pun sudah membuncah di dalam dada. Kepada orang tua, kakak, adik, teman...kepada semuanya…saya sudah sangat merindukan mereka. Baru 2 bulan memang… Namun, yang demikian sebenarnya sudah di luar kebiasaan saya. semenjak 2 semester belakangan ini. Saya merutinkan jadwal untuk pulang ke rumah setiap sebulan sekali. sudah barang tentu, waktu 2 bulan pun terasa begitu lama. Banyak alasan membuat saya tidak pulang ke rumah. Pertama , padatnya aktifitas di kampus membuat celah untuk pulang semakin menyempit. Kegiatan perkuliahan sudah cukup menguras tenaga saya. jujur, sebenarnya semangat saya untuk kuliah sudah semakin menukik. Namun, hati kecil saya masih terpanggil untuk menyelesaikan semester ini dengan hasil yang terbaik. Saya tidak cukup berani untuk membiarkan begitu saja tugas-tugas yang diberikan dos

Kesalahan-Kesalahan dikesempatan Pertama

Awal yang kurang baik, atau kalau tidak mau dikatakan buruk untuk kepengurusan Komako UGM yang saya pimpin. Saya katakan buruk, karena memang demikian keadaannya. Sedari awal, saya sudah menyadari bahwa menjadi Ketua Komako memang tidak mudah. Butuh keberanian ekstra untuk mencalonkan diri menjadi Ketua Komako. Dan benar saja. Setelah terpilih, kini saya merasakan sendiri pelbagai rintangan itu. Onak dan aral mulai membentang di depan sana. Well , saya tidak mau buru-buru menjadi seorang yang frustasi, karena yang demikian memang bukan karakter saya. saya yakin harapan itu masih ada. Yang jelas, saya hanya menjalankan peran yang dapat saya jalankan. Sesudahnya adalah bagian Yang Kuasa untuk memberlakukan segala ketetapan-Nya. Toh, bagian saya memang hanya berusaha…berusaha…dan berusaha… Dosa-dosa saya… Belum terbentuk kepengurusan yang baru. Saya sudah bikin kesalahan fatal. Kesalahan yang akhirnya hanya bisa saya sesali dalam hati dan saya bagi bersam